Aktivis Indonesia dan Malaysia bhakti sosial di Thailand Selatan (foto: Mohd Syahiran) |
Menjelang penghujung Ramadhan lalu, tepatnya 10-13 Agustus 2010, Suluh
Nusantara bersama HMI mengirimkan dua orang utusannya, yaitu Dahroni Agung
Prasetyo (Suluh Nusantara) dan Rausyan Fikr (HMI) untuk berkunjung ke distrik
Yala, Selatan Thailand. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari acara ZISRA
(Ziarah Persaudaraan Ramadhan) yang difasilitasi oleh teman aktivis dari Malaysia.
Menurut salah satu pendiri Suluh Nuzantara M Chozin Amirullah, Delegasi Indonesia sempat menginap beberapa hari di sana untuk melakukan bakti
sosial dan berdiskusi mengenai rencana kerja sama ke depan, terutama dalam
bidang sosial dan pendidikan.
Berikut ini adalah penuturan perjalanan ke Selatan Thailand, sebagaimana ditulis oleh
Rausyan Fikr.
Perjalanan ke Thailand Selatan tempuh dengan perjalanan darat dari Kuala Lumpur melewati
negara bagian Kelantan dan selanjutnya memasuki perbatasan Thailand Bagian
Selatan. Kami Pertama kali melangkahi perbatasan Kelantan menuju Thailand, hal
yang paling berbeda dijumpai adalah banyaknya tentara (warga lokal menyebutnya
"aska") yang menjaga kawasan konflik di selatan Thai ini. Hal itu
terjadi karena masih banyak bom dan penembakan yang terus berlangsung di tiga
kawasan "hitam" - Yala, Pattani, dan Narathiwat. Dalam bulan Ramadhan
kemarin saja sudah terhitung ada bom yang meledak, penembakan warga/tentara,
dan pembakaran sekolah yang terjadi di kawasan selatan. Namun berita tersebut
jarang terdengar oleh masyarakat di asia tenggara khususnya Indonesia.
Masjid Raya Yala (Thailand Selatan). (Foto : Mohd Syahiran) |
Penjagaan begitu terasa, ketika tim melanjutkan perjalanan untuk beribadah
Sholat Jumat. Hampir setiap lima
menit terdapat pos penjagaan yang dijaga oleh tentara bersenjata lengkap
bersama kendaraan besinya. Sementara ketika sholat dan khutbah berlangsung,
terdengar suara helikopter berseliweran diatas Masjid Raya Yala.
Pendudukan militer terjadi
pada era pemerintahan Thaksin, dan mencuat setelah terjadi peristiwa pembunuhan
di Melayu muslim di kawasan ini. Pendudukan tentara khusus di selatan Thai
masih menimbulkan permasalahan hingga kini. Sebagai kawasan satu-satunya
dimana tentara dapat dominan menguasai area diatas kerajaan, juga terdapat
Undang-undang yang kerap disalahgunakan untuk penangkapan warga sipil.
UU darurat Thailand
membolehkan para tentara (pihak berwenang) untuk menahan seseorang sampai
dengan 111 hari di penjara, meskipun tanpa bukti. Ketika tim ZISRA berkunjung
ke salah satu keluarga korban di Pattani, tepatnya di kampung Gajahmati, dalam
rangka menyalurkan bantuan (11/8/2012), terdapat cerita dari pemuda-pemuda desa
yang tentang bagaimana mereka ditahan kemudian dilepaskan lagi karena pihak
tentara tidak mendapatkan bukti. Seorang pemuda mengisahkan dirinya bersama
beberapa pemuda desa lain ditangkap oleh tentara waktu itu dengan dalih UU
darurat. Ia dimasukkan ke dalam kamp. Dalam kamp tersebut banyak dari mereka
yang mendapat siksaan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang tewas. Ia
mengatakan, karena UU tersebut sekarang banyak pemuda di desa yang dipenjara,
ataupun dilarang kembali untuk ke desa. Tidak heran bahwa dalam setiap
kunjungan ZISRA maka yang dominan ditemui oleh peserta hanyalah Janda, Yatim,
dan orang tua.
Benih Konflik Masih Terjadi di Selatan Thai
Kunjungan para peserta
ZISRA (Ziarah Ramadhan) melawat beberapa kawasan konflik di tiga daerah selatan
Thai (Yala, Narathiwat, Pattani). Salah satunya adalah tempat kedai kopi dimana
terjadi penembakan kurang lebih satu minggu yang lalu. Di tempat itu sedikitnya
7 orang tertembak, 3 diantaranya tewas. Mereka sedang selesai menunaikan ibadah
tarawih ketika peristiwa itu berlangsung. Tiba-tiba saja dua motor
datang dengan masing-masing membawa senjata. Oknum yang menggunakan penutup
muka itu seketika memberondong tembakan ke arah kedai. Warga yang duduk disitu
tertembak di beberapa bagian seperti kepala, badan, dan kaki. Para
pengendara motor itu langsung lari dan belum tertangkap hingga hari ini.
Sesaat setelah menyerahkan bantuan untuk janda dan anak korban penembakan (foto: Rausyan) |
Warga menunjukkan satu bekas tembakan yang mengenai pohon (foto: Rausyan) |
Ketika kami berkunjung ke rumah korban, peristiwa itu masih menimbulkan
duka. Para korban meninggalkan
janda dan beberapa anak yatim di rumahnya. Sedangkan warga disana juga tidak
bisa berbuat apapun untuk membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Warga
bercerita bahkan ketika peristiwa berlangsung, tentara penjaga kawasan tidak
berani datang hingga pagi harinya. Terdapat praduga warga tentang
konspirasi yang sedang dijalankan terhadap mereka. Tragedi tersebut merupakan
tragedi yang pertama kali lagi terjadi setelah pembantaian di masjid krisek
Pattani 7 tahun silam yang menewaskan ratusan orang.
Sumber dari: RIMANEWS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar