Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Kamis, Januari 29, 2015

Bicara Damai, Kalian Harus Akur


ini adalah daerah kekuasaan kami
jangan lewati batas itu
jangan campuri apa yang terjadi di sini
karena kalian orang asing
kalian adalah penjajah
jangan rubah cerita yang telah kami susun sebelum ini
jangan belokkan jalan Sejarah yang telah
kami bina karena
kalian adalah orang asing
kalian adalah penjajah
kalian harus diam

panggung seluas ini hanya untuk kami
apa yang terjadi d sini
jangan ditawar-tawar lagi
panggung seluas ini hanya untuk kami
jangan coba bawa pertanyaan-pertanyaan berbahaya
ke dalam permainan ini
panggung seluas ini hanya untuk kami
kalian harus akur untuk apa yang kami inginkan di sini

biarkan kami menjalankan kekuasaan kami
dengarlah hai penjajah Siam
tempatmu di sana
disini
adalah tempat Kami 
kalian harus akur
disini adalah 'Tanah PATANI Ku'








Penghapusan Peradaban

Sudah puluhan tahun Bangkok mengerahkan tentara besar-besaran dan dana miliaran baht ke Thailand Selatan, namun kekerasan masih terus terjadi. Sejumlah warga masyarakat di Patani berpendapat, konflik tak berhenti karena memang bukan itu yang dibutuhkan.

Sumber masalah di Thailand Selatan kini tidak lagi terbatas pada konflik antara warga Melayu Patani dengan Budha Siam yang berkuasa di Bangkok, tetapi sudah mencakup perlawanan terhadap penghapusan peradaban yang diyakini ratusan tahun. 

Apa yang terjadi di sini semata-mata menyangkut perjuangan suatu bangsa yang ditindas. Perjuangan rakyat Patani, mempunyai landasan historis, budaya, maupun etnis. Sebab, di Selatan Thailand, baik bangsa, budaya, maupun bahasa rakyat Patani berbeda dengan masyarakat Siam yang berkuasa.





Damai Dalam Perang


Ada pepatah Latin mengatakan “jika menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk perang” (Si vis pacem, para bellum). 

Menyimak setiap ketegangan yang terjadi antara bangsa penjajah Thailand dan warga Melayu Patani, seakan-akan bangsa ini diajak untuk bersiap menghadapi peperangan, dan diplomasi menjadi pilihan yang kurang menarik. 

Akan tetapi, sekali lagi, di mana nilai kemanusiaan berada di tempat tertinggi, perang bukanlah pilihan yang manusiawi. Si vis pacem, para bellum - tidaklah relevan untuk saat ini.  

Sabtu, Januari 17, 2015

Nasionalisme dan Perang



Nasionalisme adalah suatu identity masyarakat yang hidup kolektif secara emosional yang menjadi satu bangsa. Bangsa menjadi sumber rujukan dan ketaatan tertinggi bagi setiap individu, sekaligus identity nasional. Identifikasi bangsa yang aneh dan bersifat memaksa bangsa lain akan lebih menghasilkan konflik satu sama lain (Jones, 1993 : 10). 

Dewasa ini, mata rantai utama antara nasionalisme dan konflik adalah bangkitnya semangat identity berbagai masyarakat bangsa yang pembagian geografisnya menyimpang dari garis batas internasional. Bangsa yang merasa tidak menjadi bagian dari suatu negara akan merasa sistem negara-bangsa itu menindas hak-hak asasinya. 

Sebuah entity bangsa yang dimasukkan ke dalam negara-bangsa lain dangan secara paksa dan tersebar di dalam negara itu yang kemudian harinya bangsa itu akan menolak penguasaan pemerintahan negara mereka sendiri sehingga lebih cenderung melakukan konflik peperangan.