Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Rabu, Maret 28, 2012

Pileng..!! Mitos Kekuatan Tentara Kolonial Thailand Mula Runtuh

"Kolonial Thailand yang selama ini menganggap bahwa merekalah yang paling kuat dan paling hebat di kawasan Asia Tenggara ini. Kini dapat lihat kekuatan tentara kolonial Thailand mula runtuh oleh kekuatan Pejuang Kemerdekaan Patani

Tercetus 'Obor Revolusi Bersenjata' Melayu Patani dalam serbuan di Markas tentara Thailand itu membuahkan hasil yang gemilang. Aksi personel Tentara Pembebasan Patani itu mengejutkan angkatan bersenjata kolonial Thailand yang selama ini menganggap bahwa merekalah yang paling kuat dan paling hebat di kawasan Asia Tenggara ini. 

Serangan pejuang Melayu Patani keatas tentera kerajaan gajah putih akhir ini telah mencoreng wajah para jenderal Thailand yang angkuh, karena kelemahan mereka terbongkar. Maka runtuhlah mitos rakyat bahwa pejuang Patani tak akan bisa melumpuhkan kekuatan tentara Thailand yang kaya dengan berbagai senjata canggih.

Pileng 1  
Sebuah serangan Pejuang Melayu Patani yang dilancarkan ke sebuah markas militer Pileng awal tahun (4/1/2004) yang mengakibatkan tewasnya empat tentara dan dirampoknya 414 pucuk senjata di larikan. 

BBC London melaporkan, aksi 50 personel Tentara Pembebasan Patani itu mengejutkan angkatan bersenjata kolonial Thailand. Serangan-serangan itu bisa dipandang serius dari segi keamanan pada umumnya di wilayah Thailand Selatan yang majoriti penduduknya adalah muslim. Luasnya pembakaran sekolah serta dalam serangan-serangan terhadap gudang militer memberi kesan bahwa hal itu dilakukan oleh kelompok terorganisir. Di samping itu, juga terdapat sejumlah bukti adanya latihan militer dalam aksi-aksi itu.  Apabila mengamati insiden yang terjadi dalam tahun-tahun belakangan, maka gelombang serangan terakhir ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Dari sisi itu, maka serangan terakhir ini tidaklah baru. Belum ada serangan besar lainnya di Asia Tenggara. Sejumlah kalangan mencoba menginternasionalisasikan masalah ini tanpa adanya bukti yang kuat. Memang serangan-serangan itu memiliki dimensi lokal dan internasional.

Pileng 2   
Empat tentara tewas dan tujuh orang cedara parah akibat serangan puluhan orang bersenjata di Barak Militer Thailand di Provinsi Narathiwat pada khamis (01/01/11). 

Serangan kali ini menunjukkan tingkat koordinasi yang jauh lebih besar daripada serangan-serangan sebelumnya.   

Dalam serangan ini sekira 50 anggota geriliya melakukan penyerangan ke sebuah markas militer. Insiden ini menyebabkan aksi baku tembak dengan pihak militer Thailand. 

Selain melakukan penyerangan, kelompak geriliya ini juga mengambil 50 senapan dan sekira lima ribu peluru. Mereka juga meledakan bom dan membakar dua rumah serta sebuah tenda di dalam pangkalan militer tersebut.      

Angkatan Bersenjata Thailand mengatakan, dalam serangan kali ini para geriliya menyerang basis militer itu dari depan dan belakang. 

Mengantisipasi serangan itu, pihak Angkatan Darat Thailand telah mengerahkan 60.000 pasukan di Thailand Selatan untuk memerangi kelompak geriliya ini.    

Sebagaimana dilansir BBC, kelompok-kelompok geriliya itu tidak banyak diketahui. Tetapi diperkirakan, mereka beroperasi dalam sel-sel mandiri yang terdiri dari beberapa orang tanpa hirarki kepemimpinan yang kuat.


Pileng 3 
Terbaru ini dua relawan pertahanan kolonial Thailand tewas ketika geriliya RKK (Ronda Kumpulan Kecil) bersenjata masuk ke satu pabrik pada Jumat pagi (06/01/12) di desa Jalan Bah, Resok (asal nama Jabat) , Provinsi Narathiwat, Thailand Selatan, dan mulai menembak. 

Sekitar 30 penyerang masuk ke kompleks pabrik pada sekitar pukul 02.45 dan menembak para relawan pertahanan itu, yang kemudian membalas serangan tersebut. 

Dua relawan pertahanan tewas di tempat dan tiga orang lainnya terluka parah. 

Para geriliya RKK yang bersenjata itu melarikan diri, mengambil lima senjata milik relawan tersebut, satu pucuk M.16 dan 4 laras AK serta sekotak peluru. 

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa para pejuang Muslim Patani masuk kedalam pos dengan menggunting kawat listrik berduri di halaman sekitar pukul 2:30 pagi. kelompok pertama memotong kawat  listrik berduri, menembaki anggota paramiliter Thailand dan gedung, dan mengambil sebuah senapan serbu M16 dan empat AK-47 dan amunisinya. 

Kelompok kedua memotong pohon-pohon untuk menghalangi jalan saat pos tersebut diserang dan membakar ban-ban untuk mencegah pasukan pendukung mencapai tempat kejadian. 

Pihak kepolisian Thailand percaya serangan tersebut telah dipersiapkan dan direncanakan oleh gerliya RKK Patani dengan baik. 

Hampir setiap hari terjadi ledakan dan penembakan. Para penyerang menargetkan pangkalan militer. Selain itu para gerakan geriliya Patani juga menggunakan bahan peledak, Ledakan tersebut menghantam kendaraan musuh yang sedang dalam perjalanan yang diletakkan di pinggir jalan saat berpatroli. Serangan yang mematikan juga sering berlaku yang disusuli dengan bom pertama, bom kedua, dan bom ketiga. 

Sejak kebangkitan tercetus kembali 'Obor Revolusi' Patani Merdeka pada Januari 2004, lebih dari 11.000 insiden kekerasan terjadi di provinsi-provinsi selatan Yala, Pattani dan Narathiwat. 

Serangan-serangan ini memperlihatkan koordinasi yang sangat baik. Para pejuang telah menyerukan kemerdekaan bagi wilayah bersejarah yang dikenal dengan Kerajaan Patani agar terbebas dari kolonial Thailand lebih dari ratusan tahun lalu. 

Serang demi serangan  melemahkan argumen Pemerintah Thailand yang sering menyatakan bahwa serangan telah menurun di wilayah itu. 

Untuk diketahui, biasanya Pejuang Pembebasan Patani hanya melakukan serangan secara teritorial di tiga provinsi bependuduk etnis Melayu yang terletak di Thailand Selatan. Biasanya serangannya  berupa bom pinggir jalan, penembakan dari kendaraan, serang kem tentera, bom mobil, bom sepeda motor dan sniper. Serang-serangan ini melemahkan Angkatan Tentera Kerajaan Gajah Putih.

Setelah satu dekade ketegangan yang terus meningkat akibat kesewenang-wenangan pemerintah pusat terhadap Melayu Muslim di daerah Thailand Selatan, para pejuang Kemerdekaan Patani memulai kembali tercetus 'Obor Revolusi Bersenjata' di wilayah itu sejak Januari 2004. 

Thailand Selatan sebelumnya merupakan sebuah Kesultaanan Melayu Patani sampai akhirnya di rebut oleh Kerajaan kolonial Budha Thailand pada tahun 1902.

Kelompak geriliya ini menuntut kemerdekaan untuk kawasan yang secara historis disebut PATANI, yang dianeksasi oleh kerajaan Thailand sekitar seabad yang lalu.

Senin, Maret 19, 2012

Memperingati Empat Tahun Kematian Imam Yapa di Kamp Militer

"Empat Tahun Memperingati Kematian Imam Yapa di Kamp Militer tanpa keadilan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan. Untuk bisa memperoleh kehidupan yang baik di dunia ini salah satu yg menjadi penopang utamanya adalah penegakkan hukum secara adil sehingga siapa pun yg bersalah akan dikenai hukuman sesuai dgn tingkat kesalahannya"
Mengingat keadilan begitu penting bagi upaya mewujudkan kehidupan yg baik keharusan berlaku adil tetap ditegakkan sehingga jangan sampai keadilan yang semestinya ia ni’mati tidak bisa mereka peroleh.






Memperingati pada tanggal 21 Maret 2008, Yapa Kaseng, Imam Masjid Kortor di Rueso, ditemukan tewas dalam tahanan militer.

Dua hari sebelumnya, Imam shalat berusia 56 tahun itu ditangkap pasukan yang tergabung dalam Satuan Tugas 39 Narathiwat karena diduga punya kaitan dengan kekerasan. Pihak militer menghadirkan Yapa pada konferensi pers segera setelah penangkapannya, menuduhnya jadi mata-mata para pejuang. 

Nima (Isteri Mangsa) dan salah seorang putrinya melihat sekilas Yapa di kamp militer pada 20 Maret. Tapi itu kali terakhir mereka melihatnya dalam kondisi hidup.


Sebuah pemeriksaan atas kematian Imam itu menunjukkan, dia menjadi korban penyiksaan. Pengadilan Narathiwat memutuskan bahwa otopsi menemukan bukti memar dan luka-luka di tubuh Yapa, tulang rusuknya patah, dan paru-paru kanannya bocor.

Tapi sejak itu sampai sekarang, pencarian keadilan –untuk memastikan lima prajurit dan seorang perwira polis yang diduga berperan dalam pembunuhan Imam– bergerak lambat. 

Jumat, Maret 09, 2012

Jip Tentera Thailand Dihantam Bom, Empat Tewas


Empat tentara kolonial Thailand tewas di Thailand Selatan setelah sebuah bom pinggir jalan menghantam kendaraan tentara tersebut. 

Polis setempat mengatakan bahwa serangan tersebut terjadi pada Rabu malam (7/3/2012) di Daerah Rue-soh Provinsi Narathiwat, salah satu wilayah yang sering terjadi bentrokan antara kolonial Thailand dan Pejuang Kemerdekaan Patani.

Ledakan tersebut menghantam dua kendaraan musuh yang sedang dalam perjalanan pulang setelah mengawal ritual Buddhis di wilayah tersebut. Sebanyak 12 tentara kolonial berada di truk pick-up dan jip militer.



Jip yang membawa 5 tentara Thailand dihantam bom seberat 20 kg yang dikendalikan remote-control yang diduga kuat oleh polis ditanam dibawah tanah oleh "Gerilya RKK". Tiga tentara tersebut tewas ditempat, sementara yang satunya tewas ketika tiba di rumah sakit Rue-soh, yang kelima mengalami luka serius.

Thailand Selatan adalah provinsi yang paling sering dihantam serangan bom dan penembakan sejak 2004. Bentrokan terjadi antara Pejuang Kemerdekaan Patani dan kolonial Thailand.

Para penganut Buddha Thailand menganeksasi tiga provinsi yaitu Narathiwat, Yala dan Pattani pada 1909, yang majoritinya adalah 'etnis Melayu' dan berbahasa dengan logat Melayu.

Tentera Penyebab Masalah Sosial, Gadis Melayu Usia 16 Tahun diperkosa Tentara Kerajaan Kolonial

Permasalahan isu kekerasan di Selatan Thailand dirumitkan lagi dengan tindakan pasukan pemerintah yang meninggalkan begitu saja 1.000 muslimah setelah menjalin intim atau menikah dengan mereka.

Ketua Komite Keadilan dan Hak Asasi Manusia Wilayah  Selatan Thailand, Chaiyong Maneerungsakul, mengatakan wanita Melayu Muslim  menjadi korban sosial. Mereka menjadi korban kekerasan lokal apabila menjalin hubungan dengan tentara Buddha yang dikirim bertugas di kawasan itu.


Ada tentara jatuh cinta dengan wanita tersebut dan menikahi mereka tetapi saat kembali ke rumah mereka atau pindah tugas di wilayah lain, wanita etnis Melayu tersebut tidak dapat mengatasi masalah adat istiadat tempat lain dan pulang kembali ke rumahnya di wilayah Selatan.


Oleh sebab itu, tentara yang dikirim ke Selatan juga menjadi penyebab ke banyak masalah sosial di wilayah itu, kata Chaiyong yang dikutip koran Bangkok Post, Selasa (6/3).


Isu ini terungkap  menyusul kasus rekaman menunjukkan seorang gadis berusia 16 tahun dilecehkan oleh tentara pemerintah.


Laporan menyatakan, pada 22 Januari lalu, seorang prajurit Buddha bernama Winai bertemu dengan korban,  menggoda korban lalu membawanya ke suatu tempat terpencil di sebuah rumah sakit dekat pos kontrol militer.


 

Lalu terjadilah pemerkosaan yang direkam seorang lagi tentara pemerintah bernama Yot.  

Meskipun remaja itu jelas mencoba menyembunyikan mukanya dari kamera. Prebet Winai tersenyum dan tertawa sementara Prebet Yot memberi semangat kepada rekannya.

Setelah itu, Yot mengirim vidio tersebut kepada teman-temannya yang akhirnya sampai diterima rekan korban. Vidio tersebut disampaikan ke orang tua korban yang kemudian mengadu ke pihak berwenang.


Peritiwa ini sangat memalukan keluarga mangsa tersebut. Keluarga mangsa menuntut pada pihak yang bertanggung jawab supaya dapat megadili secara adil. 

Sumber dari: Cyber Sabili

Pejuang Kemerdekaan Patani Serang 2 Pos Militer Thailand, 12 Tentara Kolonial Cedera

Dua belas tentara kolonial Thailand terluka ketika kelompok Pejuang Kemerdekaan Patani menyerang dua pos militer di Narathiwat distrik Bacho awal Jumat pagi (09/03),  laporan-laporan mengatakan.

Para penyerang menargetkan pangkalan militer Satuan Tugas Khusus ke-32 di Ban Sompoi di desa Kayu Mati Narathiwat dan pos komando operasi dari Satuan Tugas Khusu ke-32 Narathiwat di dalam kompleks bangunan kantor pekerjaan Air Bacho. Lubang-lubang peluru terlihat di dinding bangunan dan bunker di dua pos militer tersebut.

Pasukan gabungan melaporkan bahwa pohon-pohon telah ditebang untuk memblokir jalan pedesaan di Ban Bukebagong sekitar 500 meter dari pos pertama. Selain itu para gerakan geriliya Patani juga menggunakan bahan peledak untuk menjatuhkan tiang listrik untuk memblokir jalan. Butuh waktu dua jam lagi untuk membersihkan jalan dari pepohonan dan tiang listrik serta menjinakkan bom yang tidak meledak yang ditempatkan pada tiang listrik lainnya.

Saksi mengatakan kepada polis bahwa sekitar 50 orang geriliya RKK (Ronda Kumpulan Kecil)  bersenjata, dibagi menjadi tiga tim, terlibat dalam penyerangan tersebut. Dua tim menyerang dua pos dengan granat M79 dan senjata serbu. Sedang tim ketiga merobohkan pohon dan meledakkan tiang lisrtik untuk memblokir jalan menuju pos-pos tersebut untuk mencegah bala bantuan. Anggota RKK kemudian mundur setelah baku tembak selama
20 menit .

Sebelumnya pada Rabu (7/3/2012) malam bom rakitan Pejuang Patani juga menewaskan 4 prajurit kolonial Thailand dan melukai satu lainnya di juga di Narathiwat.

Setelah satu dekade ketegangan yang terus meningkat akibat kesewenang-wenangan pemerintah pusat terhadap Melayu Muslim di daerah Thailand Selatan, para pejuang Kemerdekaan Patani memulai kembali tercetus Obor Revolusi bersenjata di wilayah itu sejak Januari 2004. Thailand Selatan sebelumnya merupakan sebuah Kesultaanan Melayu Patani sampai akhirnya di rebut oleh Kerajaan kolonial Budha Thailand pada tahun 1902.

Mahasiswa dan Mahasisiwi di Selatan Thailand Memperingati ''International Women Day''

08 March 2012
Hari perempuan internasional atau sedunia yang jatuh tanggal 8 Maret memiliki arti makna dalam sejarah yang panjang tersebut, tergambar atau terekam berbagai peran para Perempuan untuk melakukan sebuah perubahan yang mengubah sejarah dunia.
Perayaan hari perempuan sedunia memang masih asing di Thailand Selatan, belum begitu banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat atau Mahasiswa-siswi seperti aksi turun ke jalan saat memperingati hari-hari yang serupa ini.
Belum tuntas bangsa ini berbenah diri atas segala kemelut yang membelenggu nasib etnis Melayu Patani di negeri yang terlatak di Asia Tenggara, Malah harus melihat pemberitaan sosok yang terancam pembunuhan, rogol, penganiaan, pelanggaran HAM Berat dan sebagainya. 

Sebagian masyarakat etnis Melayu di Selatan Thailand mungkin sudah bosan dan enggan mendengar kasus yang terus-menerus menimpa warga negaranya. Mulai dari kasus pembunuhan, perkosaan, penyiksaan, pelecehan seksual, selalu ada saja kasus serupa.

Masyarakat Melayu di provinsi selatan tidak mengerti banyak tentang hukum, dan tidak mengerti bagaimana keluar dari problematika yang kini mengancam nyawanya.

Selasa, 8 Maret lalu adalah Hari Perempuan Sedunia. Semangat untuk membebaskan jeratan 'hukum rimba' di bahgian selatan menjadi momen tersendiri dan simbol keprihatinan Mahasiswa dan Mahasiswi atas penindasan dan masih besarnya sikap diskriminasi serta komodifikasi terhadap yang majoriti adalah perempuan yang beretnis Melayu di nagara gajah putih ini.

Sejumlah upaya dan penanganan yang dilakukan pemerintah Thailand sendiri pun seakan tidak menemukan jalan keluar, kehilangan akal dan bahkan badan yang berbasis pada pelayanan dan perlindungan yang aman dan damai pun tumpul dan berkarat di saat mencuatnya kasus dari diskriminasi dan penindasan yang di lakukan oleh aparat tentera kerajaan. 

Permasalahan isu kekerasan di Selatan Thailand dirumitkan lagi dengan tindakan pasukan tentera pemerintah Thailand yang meninggalkan begitu saja 1.000 wanita Melayu muslimah setelah pelecehan seksual dan  menjalin intim atau menikah dengan mereka.

Pada 22 Januari lalu, seorang prajurit Thailand yang bernama Winai bertemu dengan korban,  menggoda korban lalu membawanya ke suatu tempat terpencil di sebuah rumah sakit dekat pos kontrol militer.

Lalu terjadilah pemerkosaan yang direkam seorang lagi tentara pemerintah bernama Yot.
Meskipun remaja itu jelas mencoba menyembunyikan mukanya dari kamera. Prebet Winai tersenyum dan tertawa sementara Prebet Yot memberi semangat kepada rekannya.

Setelah itu, Yot mengirim vidio tersebut kepada teman-temannya yang akhirnya sampai diterima rekan korban. Vidio tersebut disampaikan ke orang tua korban yang kemudian mengadu ke pihak berwenang.

Keselamatan muslimah dari perkosaan, penyiksaan, pelecehan seksual oleh aparat tentera kerajaan Thailand selalu ada. Semakin hari semakin berkurang, bahkan memburuk terjadi. Sebagaimana yang telah terjadi beberapa waktu lalu di sebuah kampung di Thailand Selatan. Satu pasukan masuk ke sebuah kampung dan menuju ke sebuah rumah, kemudian menembak kepala keluarga, di dalam rumah tersebut.

Salah seorang anak perempuanya dapat menyelamatkan diri, namun yang satu lagi ditangkap dengan tidak ada perikemanusiaan lagi, dia dirogol dan di bunuh. Sedangkan si Ibu melarikan diri menuju rumah adiknya.

Dia dan adiknya pingsan ketika melihat dua anak adiknya di tembak. Kekejaman tidak berhenti sampai disitu saja, mereka ditutup dengan selimut dan dibakar.

Sebelum pasukan itu pergi dari tempat itu mereka menembak rumah-rumah secara membabi buta. Bisa kita bayangkan betapa mirisnya kejadian tersebut. Namun, itu hanya satu contoh dari sekian banyak kekejaman yang menimpa terhadap etnis Melayu Muslim di Selatan Thailand.
 







Kamis, Maret 08, 2012

Women’s Day in Southern Thailand!


"Anyone who knows anything of history knows that great social changes are impossible without feminine upheaval. Social progress can be measured exactly by the social position of the fair sex, the ugly ones included"- Karl Marx

Memperingati Hari Perempuan Internasional 08 March 2012.

Berduka dan Menggugat Kerajaan Thailand atas kegagalannya mengakhiri kekerasan terhadap Perempuan sejak tercetus Konflik di Selatan Thailand, Gadis di Perkosa oleh Tentera Kerajaan Thai, diskriminasi dan berbagai situasi ketidakadilan, persoalan penindasan terhadap Kaum Perempuan oleh pihak Tentera Kerajaan.

Dengan ini,
pada hari ini, kita menyampaikan kekaguman kepada para Perempuan Pemberani. Perempuan yang Aktif dalam Melawan Ketidakadilan serta memperjuangkan tinggi Hak Asasi Manusia dan juga menjadi inspirasi bagi perempuan semua. Kita tidak akan berhasil mengatasi tantangan yang kita hadapi yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, Keamanan, Kedamaian, Kesejahteraan, dan lainnya, jika Perempuan tidak dilibatkan pada setiap tingkatan masyarakat.

Bahwa kemajuan hak-hak kaum perempuan dapat dianggap sebagai salah satu 'Revolusi Sosial' paling mendalam yang terjadi di Masyarakar sekarang ini. Bukti tentang apa yang dapat diraih kaum perempuan untuk keluarga mereka dan masyarakat, walaupun sering mengalami keadaan yang paling sulit, jika mereka diberi kesempatan. Kekuatan dan kebijaksanaan kaum perempuan masih merupakan Sumber Daya terdahsyat bagi umat manusia yang belum terjamah. Kita tidak bisa menunggu 100 tahun lagi untuk membuka potensi ini. 













Dimanakah suara keadilan yang menegakan Hak Asasi Manusia khususnya Hak Asasi Perempuan dan Kanak-kanak yang terwujudnya masyarakat demokratis yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) khususnya Hak Asasi Perempuan (HAP) dan Kanak-kanak.

Dengan menjamin nilai-nilai sebuah Negara yang Demokrasi, Keadilan, Kesetaraan, Anti Kekerasan, Keterbukaan dan Anti Diskriminasi bagi Hak Asasi Perempuan (HAP) dan Kanak-kanak.

Kini dapat lihat kaum Perempuan dan Kanak-kanak yang bersuara di bahgian
Selatan Thailand  (Patani).

Selasa, Maret 06, 2012

Bom..! Dua Tentera Patroli Luka Parah

Dua tentara kolonial Thailand dari satuan perlindungan guru luka parah akibat bom yang meledak Selasa (06/03) pagi ketika mereka sedang berpatroli jalan kaki di Jalan Kuwa-Thamnob di Kabupaten Krong Pinang, Provinsi Yala selatan.

Kedua tentara, yang diidentifikasi sebagai Sersan Mayor Preecha Kongpakdi (52) dan Kopral Thongchai Boonchuay (23) mengalami luka parah karena pecahan peluru menembus kepala dan badan mereka.

Mereka kemudian dirawat di Rumah Sakit Yala.

Penyelidikan awal polis menunjukkan bahwa pelaku meledakkan bom rakitan (IED), yang tersembunyi di tempat pembuangan sampah di pinggir jalan ketika sembilan tentara dari unit perlindungan guru berpatroli di Jalan Kuwa-Thamnob.

Polis mengatakan bom rakitan diduga berbobot antara tiga sampai lima kilogram tetapi tidak tahu bagaimana itu diledakkan.

Pejuang Kemerdekaan Melayu Patani dipersalahkan atas kejadian tersebut.

Sejak kebangkitan tercetus kembali 'Obor Revolusi' Patani Merdeka pada Januari 2004, lebih dari 11.000 insiden kekerasan terjadi di provinsi-provinsi selatan Yala, Pattani dan Narathiwat.

Secara keseluruhan lebih dari 5.200 orang telah tewas dalam insiden kekerasan.  Provinsi-provinsi tersebut yang beretnis Melayu, dulunya adalah wilayah Kerajaan Kesultanan Melayu Patani sebelum dianeksasi oleh Bangkok pada tahun 1909. Sejak itu sering terjadi konflik pertumpahan darah
dan ketegangan membara sejak itu, dengan kebencian yang berjalan makin mendalam di antara etnis Melayu setempat tentang keberadaan dan pelaksanaan pasukan keamanan yang bertindak diskriminasi terhadap warga Melayu setempat.