Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Selasa, Maret 22, 2016

Tolak Diskriminasi Etnis Melayu Patani Thailand

Right Of Self Determination: “hak anda untuk menentukan nasib sendiri atas wilayah yang kini di duduki asing. Alasan anda benar. Keinginan anda pasti terwujud. Insya Allah’’


Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Indonesia Peduli Patani (GEMPITA) melakukan aksi Car Free Day, Jakarta, Minggu (20/3/2016). Dalam aksinya para mahasiswa mendesak Pemerintah Thailand untuk menghentikan diskriminasi terhadap etnis Melayu Patani Thailand.










Sumber dari: www.aktual.com

Kamis, Maret 17, 2016

ANGKHANA

Angkhana Neelapaijit
WANITA bernama Angkhana Neelapaijit berusia 60 tahun ini layak diberi gelaran sebagai wanita waja (iron woman), yang muncul dari 'perut' kota metropolitan Bangkok, Thailand. Wajahnya yang kuning bersih, terkesan sebagai pribadi yang lembut. Dia adalah istri Somchai Neelapaijit, pengacara kondang yang dilabel sebagian petinggi dan media Thailand sebagai 'Thanai Chon' alias 'Bandit Lawyer' atawa pengacara (peguam) teroris. Ternyata Angkhana tidak demikian dalam kehidupan sehari-harinya.

Sejak Somchai raib diculik sekelompok orang pada 2004, Angkhana tidak pernah tinggal diam dalam upaya mencari tahu ihwal keberadaan suaminya. Juga menuntut keadilan yang menjadi haknya, kalau masih ada. Sampai kini sudah selusin tahun dia berjuang untuk mendapatkan kejelasan tentang kematian -- kalau bisa disebutkan begitu -- suaminya.

Somchai Neelapaijit
Somchai Neelapaijit, pengacara papan atas Thailand itu banyak menangani kasus yang melibatkan simpatisan dan gerilya pembebasan bangsa Melayu Patani yang diperlakukan sewenang-wenang oleh aparat keamanan Thai (baca: penjajah). Bahkan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra juga menyebut Somchai sebagai 'Thanai Chon' alias 'Bandit Lawyer'. Bangsa Thai yang menjajah bangsa Melayu di bumi Patani (Thailand bagian selatan) menggelar para gerilya yang menuntut kemerdekaan negerinya sebagai bandit, teroris atau istilah lain yang terkesan jahat.

Menjelang kehilangannya, Somchai mengadvokasi sejumlah pemuda Melayu Patani yang diperlakukan secara tidak manusiawi oleh aparat kepolisian. Seperti dituturkan Angkhana, beberapa orang anggota polisi yang diperkarakan suaminya dalam kasus penderaan pemuda Melayu Patani itulah diduga terlibat dalam komplot menculik (dan mungkin membunuh) Somchai.

Misteri kehilangan Somchai kayaknya seperti awan tebal yang menyelimuti raibnya pesawat MH375, milik Malaysia. Tak gampang, memang. Selama dua belas tahun ini Angkhana menempuh berbagai cara dan jalur untuk menguak skenario di balik kehilangan suaminya. Pertama dia mendirikan Justice for Peace Foundation (JPF) dalam upaya membantu masyarakat Islam yang diperlakukan sewenang-wenang oleh aparat negara. Berkat kegigihannya, selama 1 dekade, JPF berhasil mendokumentasikan 40 kasus manusia hilang dan penderaan fisik serius oleh aparat keamanan.

Dia pun sering tampil di forum-forum yang terkait dengan hukum dan hak-hak asasi manusia, baik lokal maupun internasional. Belum lama ini wanila yang selalu tampil dengan jilbab hitam itu terpilih sebagai anggota Komisi Hak-hak Asasi Nasional Thailand.




Penulis Ahmad Latif seketika berada di Hatyai Town. Pada 16hb Mac jam 2.33 ptg· Amphoe Hat Yai, Thailand·

Jumat, Januari 29, 2016

Krisis Pembangkit Listrik Batubara Thepha

Warga masyarakat mungkin akan berhadapan dengan krisis kesehatan dalam waktu kurang 15-20 tahun lagi !!


Pernyataan tersebut bukanlah suatu omongan kosong. Tapi, itu adalah fakta yang mungkin bakal masyarakat akan hadapi jika terus mengandalkan sumber Batubara untuk menghasilkan listrik tanpa berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan alternatif lain sebagai penyangga ke sumber energi tersebut, dalam memastikan harapan berhadapan krisis kesehatan rakyat. Ini untuk memastikan kita mampu berhadapan dengan risiko.

Rentetan dari kesadaran bahwa Loji Batubara yang ada telah banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Diantaranya, ia merupakan kontributor terbesar terhadap masalah pencemaran melalui emisi gas karbon dioksida dan monoksida yang selanjutnya menyebabkan gangguan iklim dan pemanasan global pada hari ini. Lebih buruk lagi ketika kondisi iklim yang tidak stabil memungkinkan terjadinya lebih banyak bencana alam yang akhirnya akan turut menggugat tingkat keselamatan seluruh warga desa. Ibarat seorang yang mengalami demam yang tidak akan merasa sehat ketika suhu badannya meningkat dari 30 derajat Celcius menjadi 37 derajat Celcius.

Pastinya rata-rata masyarakat di Selatan tidak sanggup untuk menghadapi krisis energi dan lingkungan yang pastinya akan mempersulit lagi kehidupan warga masyarakat pada masa depan.

Bersamaan Jumat (22/01) pekan lalu, Persatuan Mahasiswa Prince of Songkhla University Kampus Pattani untuk keadilan dalam kerjasama dengan Federasi Rakyat Mempertahankan Hak Masyarakat dan Sumber Daya Alam Untuk Kedamaian (PermaTamas) mengadakan protes situs di daerah Thepa bagi Stasiun pembangkit Listrik Batubara membuat Loji Batubara itu tidak logis bagi siapa saja untuk menerima Thehpa sebagai lokasi pembangunan yang berdampak luas sampai ke Daerah Nongcik, Provinsi Pattani.

Pihak pemerintah kudeta dan Menteri - Menteri basar wailayah di Selatan harus membuat keputusan untuk membatalkan proyek Pembangkit Listrik di Thepha, yang bersumberkan batubara menindaklanjuti protes aktivis lingkungan pada miinggu lalu.

Bagi para pemimpin politik setempat perlunya bersatu dan menegakkan hak-hak rakyat serta melindungi mereka dari kumusnahan seperti Stasiun pembangkit Listrik Arang Batu yang akan dibanguankan di daerah Thepha nanti.

Menurut masyarakat setempat memutuskan akan menolak usulan pembangunan proyek Pembangkit Batubara ini karena tidak ingin menggadaikan kesejahteraan masyarakat di daerah Thepha termasuk dari segi kesehatan dan dampak buruk terhadap lingkungan. Mungkin ada beberapa orang mengatakan dengan teknologi hari ini, proposal loji Listrik itu adalah aman dan bersih tetapi beberapa penelitian tidak ada yang sependapat. Masyarakat tidak dapat mengambil risiko dan menghancurkan lingkungan yang masih tetap. Rakyat ingin mencari sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Laporan sebelumnya menyebutkan usulan pembangunan pembangkit Listrik Batubara yang akan ditetapkan di Thepha Provinsi Songkhla, di mana situs yang diusulkan untuk membangun Loji-Stasiun tersebut telah menimbulkan kontroversi di kalangan Masyarakat setempat serta organisasi non pemerintah dan para aktivis Mahasiswa karena antara lain ia dikatakan terlalu dekat dengan daerah sekitar sebuah Masjid, Pondok (Pesantran), dan Candi, yang mempengaruhi dampak kehidupan masyarakat setempat.

PermaTamas membantah berhubungan pembangunan pembangkit energi itu yang dianggap sebagai energi "kotor" dan meminta pemerintah agar membatalkan proyek itu. Pemerintah tidak dapat menyebabkan risiko pada alam. Sebagai pemerintah yang bertanggung jawab pihaknya perlu menempatkan prioritas untuk melindungi lingkungan demi kebaikan rakyat. Juga harus melindungi lingkungan khususnya salah satu sumber menarik wisatawan di pesisiran pantai Sekom di daerah Thepha.

Namun demikian, penanganan Loji Elektik Batubara yang begitu kompleks agak mengganggu masyarakat di sekitar itu terutama dari segi risiko keselamatan dan kesehatan rakyat. Ini mengingat, banyak resiko yang melibatkan keamanan dan keselamatan di Pabrik Batu Bara telah terjadi agar satu keputusan yang tepat diambil untuk menghindari keselamatan dan kesehatan rakyat.

Memang tidak dipungkiri bahwa keamanan Loji Listrik Batubara dapat ditingkatkan bagi tingkat kecekapannya sehingga dapat mencapai 100 persen untuk mengurangi risiko keamanan dan kesehatan di Pabrik Batubara. Namun, harus akui bahwa efisiensi penanganan peralatan oleh manusia tidak akan mampu mencapai 100 persen. Oleh yang demikian, risiko keselamatan dan kesehatan pastinya tetap ada.

Berikut alasan mengapa pembangunan Loji (Stasiun) Janakuasa Listrik Batubara tidak diperlukan di Thepha dan beberapa daerah di wilayah Selatan Thai.
 1. Jika Stasiun pembangkit listrik batubara berbahaya untuk bahgian Utara Thai, mengapa pula ia tidak berbahaya untuk Selatan. Belakangan ini, pemerintah sedang mencoba untuk menghindari proyek sebegini di Utara, mengapa ia masih dibawa ke Selatan? Tidak ada alasan untuk pembangkit listrik tersebut dibangun di Selatan, tempat ekowisata yang dikenal di Asean dan Asia Tenggara dengan alam yang subur.

2. Teknologi perangkap karbon yang dapat meminimalkan risiko kesehatan hanya mungkin diperoleh dalam waktu 15 ke 20 tahun akan datang dan pada waktu tersebut kehancuran mungkin telah terjadi dan apa yang menyedihkan adalah dampaknya harus dihadapi oleh anak-anak kita yang sekarang tidak ada suara untuk membuat keputusan.

3. Adalah sangat penting bagi Pemerintah untuk mengacu pada pendapat umum terkait isu proyek pembangunan stasiun pembangkit listrik batubara ini. Kita harus mendengar suara umum. Apa yang kita katakan tidak penting, apa yang umum (rakyat) pikir adalah penting. Pendapat majority.

4. Kami pikir Menteri Besar Provinsi harus mendapatkan ahli Pencinta Alam, yang tidak ada kepentingan dalam proyek ini, yang menurutnya akan dapat diterima oleh badan-badan non-pemerintah (NGOs) dan rakyat.

5. Tahap oksida nitrogen yang rendah didalam udara dari stasiun pembangkit Listrik Batubara dapat menyebabkan gangguan pada mata, hidung, tenggorokan dan paru-paru, mungkin menyebabkan batuk dan mengalami kesulitan bernapas, kelelahan dan mual. Paparan kadar nitrogen oksida yang rendah juga dapat menyebabkan cairan terbentuk didalam paru-paru dalam waktu 1-2 hari setelah terkena kepadanya. Sementara menghirup udara yang mengandung kadar nitrogen oksida yang tinggi pula dapat menyebabkan "rapid burning", kram, dan pembengkakan jaringan, pembentukan cairan didalam paru-paru dan kematian.

6. Kebanyakan Negara maju seperti Jerman, Inggris, Eropa dan Jepang tidak menggunakan sistem pembuangan limbah Batubara Bara yang digunakan. Mereka menggunakan sistem pendinginan air tertutup yang megedar ulang air yang sama pada menara pendingin dan untuk penggunaan kembali dan sehingga tidak melibatkan pembuangan limbah beracun air kedalam laut.

7. Pencemaran udara telah mencapai tingkat kritis. Pada setiap saat saja, disebabkan oleh polusi udara, anak-anak kita tidak akan dapat merasakan kenikmatan bahkan untuk hal yang paling mudah seperti bermain di taman permainan. Ingatlah, setiap kali kita membiarkan pembakaran dan kepulan asap, kita mencemari udara dan mengurangi satu kegembiraan, hari yang bebas tanpa masalah dalam kehidupan anak-anak yang tidak mengetahui apa-apa disekeliling mereka ini.

8. Waktunya telah tiba untuk kita benar-benar mengembangkan kemampuan kampong halaman untuk mengelola daerah-daerah yang dilindungi. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan sekian lama dan ada kebutuhan sebenarnya untuk kita sama sama mengembangkan untuk mengelola daerah kita yang dilindungi.

9. Thepha dikenal dengan peragian pantai yang indah dan cantik yang menjadi atraksi turis. Dengan pembukaan peragian ini di Sekom Thepha, ia pasti akan menjadi salah satu tempat yang populer bagi penduduk wilayah Selatan untuk beristirahat.

10. Dalam hal ini, kita bukan membicarakan tentang eksploitasi tetapi lebih kepada konservasi, biodiversity, penambah-baikkan, penelitian, perawatan satwa laut yang ada disana dan juga apakah resep yang diperlukan dalam upaya untuk memastikan keberadaannya, kualiti manajemen dan kualiti pantai tidak akan diperburuk oleh campur tangan manusia.

11. Pemerintah lebih perlu fokus pada konsep pariwisata secara keseluruhan dengan mengadakan promosi produk pariwisata dalam dan luar Negara. Thepha berkemampuan untuk tampil sebagai salah satu pusat wisata yang eksotis tidak hanya di Thailand tetapi juga di wilayah Asia Tenggara.

Semua pernyataan diatas, Kita sadar bahwa ada keberatan terhadap usulan pembangunan pembangkit batubara. Pada hari ini, terbukti bahwa segala protes dari masyarakat dan aktivis LSM perluh diberi perhatian yang sewajarnya. Pemerintah Thailand bawah kepemimpinan PM tantera adalah sebuah kerajaan yang mendengar kepada rakyat wilayah Selatan dan memiliki komitmen politik agar tidak membawa proyek Batubara keThepha dan juga dibeberapa wilayah lain di Selatan Thailand.

Oleh yang demikian, membutuhkan penelitian yang lebih mendalam serta menyeluruh dan perlu disempurnakan sehingga ke akar rumput agar proyek Batubara Bara tidak mengundang setiap implikasi negatif di kemudian hari baik terhadap risiko keamanan rakyat maupun terhadap lingkungan seluruhnya

Semua aspek harus diteliti agar kemajuan yang dialami kelak turut mempertimbangkan kepentingan semua pihak, baik kepentingan rakyat, ekonomi maupun lingkungan. Pilihan apakah baik atau sebaliknya adalah terletak di tangan Rakyat. Justru, 'tepuk dada, tanya selera'.

Lambat laun, kita harus menerima kenyataan dan membuat keputusan tentang pembangunan stasiun pembangkit listrik batubara. Tapi apa yang maksudkan disini adalah, kita membutuhkan energi tetapi kita menginginkan energi yang bersih.

Memang pasti ada beberapa tentang apa yang disebut sebagai pembangkit listrik "teknologi batubara yang bersih". Kebanyakan cerita yang mendukung pembangkit Listrik Batubara adalah retorika yang sama dengan cerita buruk bagaimana Negara-negara lain menggunakan pembangkit Listrik Batubara untuk menghasilkan energi. Namun, mereka dengan cerdiknya tidak menyebut langsung tentang efek negatif pembakaran Batubara dan juga kerusakan yang bisa terjadi keatas lingkungan dan kesehatan manusia.

Disebalik semua alasan yang diberikan oleh para pemimpin, para ahli dan pemegang saham Loji Listrik Batubara Bara masih juga bertungkus lumus untuk membangun pembangkit Listrik Batubara untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Adalah sesuatu yang sangat menyedihkan jika usaha proyek Pembangkit Batubara ini akan berhasilnya nanti.









Sabtu, Januari 23, 2016

PHUTTHAMONTHON

Siam-Thailand Spesis Perompak Licik !!
Di pesisir ibukota provinsi Pattani yang mayoritas Melayu Muslim, kelak akan dibangunkan patung raksasa seperti dalam foto itu.

THAILAND adalah negara dengan agama resmi Buddha. Sebagian besar buminya dicaplok dari teritorial negeri tetangganya. Bumi eks kerajaan Lanna di bagian utara disikatnya, dan di bagian selatan, dijajahnya tanahair bangsa Melayu Patani. Jadi tidak salah menyebut bangsa Thai atau Siam spesis perampok yang tak layak berteman dengan bangsa bertamadun mana pun di dunia ini.

Belakangan ada rencana untuk membangunkan sebuah teritorial khusus untuk komunitas Buddha yang dinamakan Phutthamonthon di pesisir ibukota Provinsi Pattani. Di situ kelak akan berdiri sebuah patung Buddha dengan ukuran maha dahsyah. Maka pilihannya adalah sebidang tanah yang menghadap Teluk Patani.

Tanah seluas 100 rai (2.5 rai = 1 acre) di mukim Ru Sembilan itu 'tumbuh' dan membesar sampai menjadi sebuah areal yang membuat para petinggi Siam berencana untuk menyihir bumi yang dikangkanginya itu seolah bumi asal leluhur mereka.

Sejak belakangan umat Islam Patani bangkit melakukan protes melalui berbagai cara, diantaranya adalah LSM vokal seperti Damai Patani. NGO ini dengan keras menolak pembangunan Phutthamonton Pattani, sebab tanah itu bumi asal kaum Melayu yang bergelar Patani Darussalam.

Dr Worawit Baru, mantan Senator (elected) provinsi Pattani menyatakan, pemerintah yang punya kuasa bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Tapi dalam kasus ini, kalau dilaksanakan juga akan menimbulkan efek tak baik terhadap proses dialog damai yang baru berlangsung. Kalau proyek yang akan menelan biaya besar itu diteruskan, manfaatnya hanya untuk segelintir penganut Buddha di tengah kelompok mayoritas Melayu Muslim. 

Worawit berpendapat, akan lebih bermanfaat kalau tanah 'tumbuh' itu dijadikan areal industri produk halal untuk keperluan ekspor.

Atau seperti kata Imam Ahmad, sebaiknya tempat itu dijadikan taman rekreasi bernuansa ASEAN. Di situ bisa dibangun apa saja yang melambangkan kemajmukan komunitas Asean, tidak untuk penganut agama tertentu saja.

Di tanah Melayu yang dijajah negara gajah putih itu sebelumnya sudah berdiri beberapa patung Buddha berukuran raksasa. Di antaranya di Lamphu, Narathiwat atas tanah seluas 140 rai. Dan yang terbesar adalah Phutthamonthon di Salaya, Nakhon Pathom, barat Bangkok di atas areal 2,500 rai, yang juga dikenali sebagai Buddhist Park.







Penulis Ahmad Latif seketika berada di Masjid Muhammadi Kota Bharu. Pada 22hb Januari jam 6.04 ptg· Kota Bharu.