Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Rabu, April 24, 2013

Demontrasi Menuntut Keadilan Guru TK

Penegak hukum kerap kali bersikap tidak adil. Apalagi jika kasus hukum melilit rakyat etnis Melayu di selatan Thailand. Seperti tajam ke bawah, tumpul ke atas.

Alangkah lucunya negeri ini. Apalagi soal penegakan hukum. Seringkali rasa keadilan jauh dirasakan oleh masyarakat etnis Melayu di Selatan Thailand. 

Kinerja aparat tentera kembali disorot. Kali ini, tentara dituding telah menyalahi prosedur penanganan kasus, dengan menangkap seseorang guru muslimah tanpa ada bukti jelas.

Hal ini dialami seorang guru Muslimah Tadika (TK) bernama Fadilah warga dari Desa 6 Kabupaten Kho Pho propinsi Pattani yang sudah ditahan aparat tentara pada senin (22/04).

Pada hari ini Selasa (24/04), organisasi Permas (Persatuan Mahasiswa Se-Patani), Mahasiswa dan guru-guru TK menggelar aksi demonstrasi menuntut pembebasan tahanan guru tadika (TK). Mereka menggelar aksi damai di masjid jamek propinsi Yala.

Demontrasi ini sekitar 500 orang menuntut keadilan atas guru TK yang ditahan untuk diinterogasi oleh angkatan darat 41 Yala.

Guru TK muslimah ditangkap dan dijebloskan dalam penjara tentara meski tidak melakukan tindakan kriminal apapun. 

Dalam aksinya para demonstran mengangkat sejumlah poster bernada protes dan tuntutan. Di antaranya berbunyi – Guru TK bukan penjahat, jangan buat jahat pada guru -  Kedamaian takkan lahir selagi kerajaan Thai mencurigai guru kami dan masih banyak lagi ungkapan dari poster itu.

"Kami terus terang kecewa dengan kinerja aparat tentara, kenapa seorang guru TK muslimah ditahan sewaktu mereka mengadakan kamp kepada murid-muridnya. Entah apa alasan mengapa pihak tentara menahan guru ini.  Jika aparat penegak hukum tidak mampu bersikap adil, maka akan muncul pengadilan baru. kami akan melakukan pengadilan jalanan, ujar seorang peserta demontrasi.

Apapun terjadi, sering kali dalam prosesnya, penegak hukum kerap kali bersikap tidak adil. Apalagi jika kasus hukum melilit rakyat etnis Melayu di selatan Thailand. Seperti tajam ke bawah, tumpul ke atas.










Senin, April 22, 2013

Empat Tentera Tewas Enam Luka Parah Memati Perangkat Bom

'Kedamaian Tak Akan Lahir, Selama Hak PERTUANAN Tidak Diakui'.

Setidaknya empat tentara tewas dan enam lagi dilaporkan kritis ketika mencoba mematikan sebuah bom seberat 25 Kg. di pangkalan militer dekat sini, hari ini (22/04).

Ledakan itu terjadi ketika kelompok tentera itu mencoba mengalihkan perangkat bom tersebut yang di sembunyikan di dalam sebuah tangki gas yang ditemukan bersama spanduk yang berkibar di bawah jembatan Kabupaten Becoh provinsi Narathiwat dengan menyampaikan pesan 'Kedamaian Tak Akan Lahir, Selama Hak PERTUANAN Tidak Diakui' yang tertulis pada sepanduk itu.

Menurut juru bicara polis setempat, Letnan Kolonel Sanit Suwanno, ledakan itu terjadi ketika tentera sedang memeriksa dan ingin menonaktifkan bom buatan sendiri itu. Enam tentera yang luka parah di larikan kerumah sakit terdekat.

Sementera pada malam yang sama terpercaya mengibarkan spanduk di seluruh provinsi Selatan yaitu Pattani, Yala, Narathiwat, dan sebagian kabupaten provinsi Songkla secara terorganisir oleh gerilyawan, kata kantor.

Polis mengatakan, spanduk itu berkibarkan di beberapa jalan utama dan tiang-tiang listrik, pohon dan jembatan penyeberangan di provinsi di Selatan yang sebanyak 119 tempat. Terdapat di beberapa provinsi Narathiwat 52 tempat, Yala 26 tempat, Pattani 33 tempat dan Songkla 8 tempat yang dibentangkan.





Menurut Pusat Pengendalian Operasi Keamanan Dalam Negeri, otoritas menemukan beberapa barang mencurigakan termasuk kotak dibalut dengan pita perekat hitam dan bekas gas kosong yang berdekatan pada sepanduk  tergantung itu.

"Beberapa barang tersebut merupakan bom yang meledak dan empat tentara tewas dan enam lagi dilaporkan kritis di Narathiwat yang mencoba mengalihkan perangkat bom tersebut. Sementara kebanyakan objek tersebut terlihat seperti bom palsu dan tidak mengancam nyawa ", kata lembaga itu.

Ini satu misteri mengapa gerilyawan Pejuang Kebebasan Patani ingin mengibarkan spanduk dengan menyampakan pesan ini 'Kedamaian Tak Akan Lahir, Selama Hak PERTUANAN Tidak Diakui'..??

Operasi ini bersifat simbolik. Meskipun kecil namun menunjukkan operasi gerilyawan bergerak secara meluas.

Menurut masyarakat tempatan mengatakan, mereka yang berada di belakang pemasangan spanduk mengirimkan pesan ke pihak berwenang bahwa perundingan tidak akan berhasil tanpa pengakuan atas hak pertuanan keatas masyarakat Melayu Patani. Bahwa Patani (provinsi Pattani, Yala, Narathiwat, dan sebagian Songkla) adalah hak milik orang Melayu.

Sementara perundingan berjalan mulus dan dijadwalkan akan digelar lagi pada 29 April, serangan masih saja terus terjadi di wilayah tersebut.
Wilayah ini merupakan kesultanan mandiri sampai Bangkok menaklukkan itu sekitar  tahun 1909 yang lalu. Penduduk lokal, yang saham kesamaan budaya, bahasa dan agama yang lebih besar dengan negara tetangga Malaysia, tidak pernah sepenuhnya diserahkan kepada pemerintahan oleh pemerintah pusat.

Sabtu, April 20, 2013

Guru Tadika Muslimat Ditahan Oleh Aparat Pemerintah


Seorang guru wanita (TK) ditahan oleh pihak pemerintah militer tanpa bukti kukuh. Guru muslimah yang bernama Padila Soman ditahan untuk soalsiasat. Srikandi ini ditahan sewaktu mengadakan kamp kepada murid-muridnya.

Pihak Mahasiswa dan aktivis HAM menuntut penjelasan alasan penahan Saudari Padila. Mereka telah ke Unit Khusus 42 di mana Padila ditahan. Pihak militer menolak mengizinkan dari keluarga Padila yang ingin menemui anaknya dengan alasan 'tersangka' sedang diinterogasi.

Pada jam 10.00 pagi 20 April ini asosiasi pelajar serta organisasi aktivis HAM mengunjungi pangkalan Unit Khusus 42 di mana Saudari Padila Soman ditahan dan menuntut agar penjelasan atas penangkapan yang leluasa ini. Namun, petugas di unit khusus tersebut menolak memberi keterangan dengan alasan bahwa mereka sedang melakukan penyelidikan atas 'tersangka'.

Penangkapan guru muslimah tadika ini kemungkinan besar penangkapan secara acak yang dilakukan oleh pemerintah secara berkelanjutan.







Terdapat lebih dari 80 kasus yang terkait dengan pergolakan di Selatan telah dibuang oleh pengadilan karena buktinya tidak cukup. Statistik ini menunjukkan betapa petugas keamanan, termasuk pihak militer, ranger dan polis melakukan penangkapan penduduk lokal tanpa bukti, semata-mata untuk menunjukkan kekuatan mereka.

Tidak heran penduduk lokal menyindir pejabat keamanan yang 'hanya pandai menangkap kambing-kambing hitam, sementara harimau-harimau masih berkeliaran di dalam hutan'.



Dapat lihat clip Mahasiswa, aktivis HAM dan guru tadika kunjungi ke Kem tentera di: http://www.youtube.com/watch?v=B-4C--hV3IY

Jumat, April 12, 2013

Perundingan Mendatang 29 April, Ledakan Bom Dua Tentera Tewas Enam Cedera Parah Dalam 36 Insiden

Chalerm telah diberi tugas untuk mengawasi masalah selatan tetapi ia mengakui, bahwa ia merasa tidak nyaman dengan tanggung jawab itu. Dia tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah yang bermasalah.
Petugas keamanan Thailand memeriksa lokasi ledakan bom pinggir jalan di propinsi Pattani, Thailand selatan.

Dua orang tentara tewas dan enam luka-luka dalam ledakan bom pinggir jalan di Thailand selatan yang dilanda konflik antar pemerintah kolonial Thailand dan Pejuang Kebebasan Patani, Kamis (11/4).

Kolonel polis Manit Yinsai mengatakan hari Kamis (11/4) bahwa tersangka geriliyawan Patani meledakan bom buatan sendiri yang tersembunyi di permukaan jalan di daerah Panarae, propinsi Pattani.

Tentara tersebut berada dalam kendaraan lapis baja yang dalam perjalanan Rabu malam untuk memeriksa kerusakan akibat serangan geriliyawan Melayu sebelumnya. Satu dari panser itu rusak berat.

Serangan tersebut adalah satu dari 36 insiden malam hari delapan daerah di provinsi Pattani. Pihak berwenang mengatakan tersangka gerilyawan membakar ban, menara telepon selular, gardu telepon umum, kapal nelayan milik Siam, bangunan dan kamera close-circuit. 




Sementara itu, Panglima militer Thailand Prayuth Chan-ocha Rabu (10/4) melakukan kunjungan lapangan ke daerah Selatan yang bergolak untuk melihat langsung situasi dan melakukan pertemuan dengan para pemimpin agama serta komunitas Melayu Muslim.

Chaocha mengatakan PM Yingluck Shinawatra, dalam kapasitasnya sebagai direktur Komando Operasi Keamanan Internal, telah menginstruksikan otoritas selatan untuk mengintensifkan perlindungan mereka kepada penduduk setempat, terutama di daerah perkotaan.

Dia bertemu dengan perdana menteri sebelum berangkat dan didampingi oleh penasehat perdana menteri Yuthasak Sasiprapa.

Panglima militer akan diberikan penjelasan oleh komandan Angkatan Darat Wilayah Keempat Sakol Chuentrakul mengenai operasi-operasi militer dalam enam bulan terakhir dan rencana tentara enam bulan ke depan.

Briefing akan diikuti pertemuan dengan para personel militer untuk menyampaikan ucapan Tahun Baru Thailand Songkran.

Dia akan mengunjungi masjid pusat di Provinsi Yala di mana ia berencana untuk bertemu dengan para pemimpin agama Islam dan tokoh masyarakat tempatan.

Jenderal Prayuth mengatakan, kemungkinan penundaan dialog perdamaian 29 April antara pejabat keamanan Thailand dan pemimpin gerilyawan Patani di Kuala Lumpur seharusnya tidak menjadi subjek perhatian media massa.

Dewan Keamanan Nasional bertanggung jawab atas perundingan damai dengan Pejuang Kebebasan Patani Merdeka dari gerakan BRN (Barisan Revolusi Nasional), dan mereka tidak harus menempatkan Thailand di posisi yang kurang menguntungkan, tegasnya.

Keamanan di provinsi perbatasan Thailand Selatan yang memburuk karena dilanda kekerasan akan diperkuat, kata Perdana Menteri Yingluck Shinawatra meyakinkan.

Perdana menteri, yang mengunjungi Selatan pada akhir pekan, mengatakan yang dia maksudkan adalah meningkatkan moral para pejabat dalam menghadapi serangan berulang-ulang oleh para gerilyawan.

Insiden paling parah adalah ledakan yang menewaskan wakil gubernur Yala dan seorang pejabat senior ketika mereka sedang berkendaraan ke satu upacara Jumat lalu. Sopirnya terluka parah.

Yingluck menegaskan bahwa Wakil Perdana Menteri Chalerm Yubamrung pasti akan segera mengunjungi Selatan.

Chalerm telah diberi tugas untuk mengawasi masalah selatan tetapi ia mengakui, bahwa ia merasa tidak nyaman dengan tanggung jawab itu. Dia tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah yang bermasalah.

Yingluck mengatakan dia belum menerima laporan tentang penundaan dialog perdamaian selanjutnya antara pemerintah Thailand dan para pemimpin BRN, yang awalnya ditetapkan untuk 29 April di ibu kota Malaysia Kuala Lumpur.

Menurut Paradorn Patanathabutr, sekretaris jenderal Dewan Keamanan Nasional Thailand, Pembicaraan damai antara pemerintah Thailand dan BRN di wilayah Thailand selatan pada 29 April mendatang mungkin harus tertunda karena Malaysia sedang bersiap-siap menggelar pemilihan umum.

“Saya sudah mendengar mengenai penundaan ini, tapi belum jelas benar karena belum mendapat konfirmasi dari Kuala Lumpur,” tuturnya Selasa (9/4), tulis The Nation.

Penundaan perundingan damai dalam pertemuan mendatang itu tak terkait dengan BRN yang kembali meletup di Thailand Selatan, karena tahap kesepakatan damai sedang dibangun.

Di satu jalan raya tertulis pesanan dengan kata 'Rudingan hanya penipuan, Fatoni Tetap Merdeka'

Rabu, April 10, 2013

Seni Lukis Sejarah Antara Sindiran dan Teguran

Inilah seni yang ingin dipertunjukkan pelukis. Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. 

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambarkan. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan, cita-rasa atas penderitaan dan cita-rasa atas pembuktian sebuah sejarah tertentu.

Muncul sebuah gerakan revolusi di Patani Selatan Thailand ini membuat banyak pemerhati pelukis beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah 'kerakyatan', 'penindasan', 'Kezaliman' dan sebagainya. Objek yang berhubungan dengan gelombang sejarah dianggap sebagai tema yang pembentukan suatu bangsa, sehingga melahirkan abstraksi.

Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukisan terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Sebuah perwujudan ekspresi diri secara bebas di ruang publik. Di jalanan. Budaya masyarakat Melayu yang tinggal di Selatan Thailand dan menghadapi problematika kehidupan yang kejam ditengarai sebagai penyebab munculnya peradaban seni urban.

Lukisan ini merupakan sebuah bukti sejarah Patani yang masih sakit. Dalam peta ujung Siam (Thailand) menunjuk pada bagian kaki ditusuk oleh paku yang bisa mengambarkan di Selatan ini masih mengalir darah pada tusukan suatu benda yang tajam sehingga bisa merasa kesakitan seluruh pada badan orang itu.

Inilah seni, bisa begitu kejam. Mengingat apresiasi masyarakat terhadap sebuah karya tak bisa diganggu gugat. Penikmat seni sah-sah saja menjadi bagian dari Masyarakat Melayu di Selatan Thailand. Mengkritisi, bahkan menyetujui apa yang telah mewujud menjadi karya. Pun, jika seni itu serupa lukisan di pada Peta Thailand.








Senin, April 08, 2013

RI Jadi Fasilitator 'Konflik Sosial' di Selatan Thailand

Menteri Agama RI Suryadharma Ali
Thailand berharap Indonesia melalui Menteri Agama RI Suryadharma Ali bersedia menjadi fasilitator konflik di wilayah Selatan negara tersebut. Pengalaman menangani konflik di Indonesia serta kerukunan beragama di Indoensia menjadi modal penting untuk membantu meredakan konflik di Pattani.

Dalam kunjungan dua harinya ke Kementerian Agama, delegasi Thailand yang dipimpin oleh Kolonel Polis Tawaee Sodsong. Senin (8/4) meminta sejumlah masukan pada Kementerian Agama dan Kementerian Pertahanan RI. “Kami mendapat banyak ilmu dari Indonesia dalam penanganan Konflik Sosial, hasilnya akan segera diterapkan,” kata Sekretaris Jenderal Pusat Pemerintahan Administrasi Provinsi Perbatasan Selatan Thailand ini

Menurutnya, pola penanganan konflik di Indonesia yang dipelajari sangat cocok untuk diterapkan di Thailand. Apalagi Indonesia sebagai negara majority Muslim dan mengakui beberapa agama punya beberapa model penyelesaian konflik. Jika bersedia Tawaee berharap Suryadharma bisa kembali mengunjungi Pattani dan wilayah selatan Thailand lainnya. “Kami berharap Menteri Agama bersedia kembali berkunjung ke Thailand untuk membantu meredakan konflik Selatan Thailand,” ujarnya.

Menag menerima delegasi SBPAC
Dalam kunjungan Suryadharma sebelumnya ke Patani beberapa waktu lalu diakui Tawaee efektif untuk meredakan konflik yang ada. Kelompok atau faksi yang bertikai bisa diberikan pemahaman untuk menghentikan aksi kekerasan yang ada. Pendekatan keagamaan menurut Tawaee terbukti efektif yang dilakukan Suryadharma karena majority penduduk di Patani adalah Melayu Muslim.

Indonesia menurut Tawaee bisa dicontoh dalam soal kerukunan umat beragama. Meski terdiri dari banyak agama, tidak ada kecurigaan antar pemeluknya. Sementara itu Suryadharma menyatakan rasa terima kasihnya atas kepercayaan yang diberikan pemerintah Thailand kepadanya.

Konflik berkepanjangan di Selatan Thailand menurut Suryadharma mengundang perhatian rakyat Indonesia. “Belum banyak yang bisa saya berikan, tapi secara utuh pemerintah Indonesia prihatin atas konflik yang terjadi dan perlu segera dituntaskan,” kata Suryadharma.

Thailand menurutnya sudah seperti saudara bagi Indoensia. Karena itu penting untuk saling berbagai antara pemerintah kedua negara. Termasuk berbagi masalah dan solusinya.

Bukan hanya soal konflik, kerjasama yang terjalin hasil dari kunjungan kali ini menurut Suryadharma juga menyangkut pendidikan, kebudayaan, dan masalah keagamaan.

Sabtu, April 06, 2013

Deputi Gubernur Provinsi Yala Tewas Kena Bom

Insiden tewasnya Deputi Gubernur Provinsi Yala Issara Thongthawat lantaran bom jalanan pada Jumat siang membuat Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra memerintahkan pasukan keamanan lebih menjaga keselamatan warga di situ.

Warta Thai News Agency pada Sabtu (6/4/2013) menyebutkan sebuah bom jalanan meledak saat mobil Thongthawat melintas di jalan antara Yala-Betong di Bannang Star Jumat (05/04). Gara-gara kejadian itu, Thongthawat menderita luka parah dan tewas di rumah sakit.

Kalangan pejabat Thailand, memberitahukan telah terjadi satu serangan bom di provinsi Yala, Selatan Thailand  sehingga menewaskan 2 pejabat provinsi.


Juru bicara tentara provinsi Yala, jenderal Pramote Promin memberitahukan bahwa para pelaku serangan bom telah memasang bahan peledak dalam tabung gas yang disimpan di tepian jalan dan meledak tepat pada saat mobil yang membawa Wakil Gubernur provinsi Yala, Issara Thongthawat dan Sekretaris Harian urusan Keamanan, Chavalit Krairisk lewat. 

Serangan bom ini telah menewaskan dua pejabat tersebut dan sopirnya mendapat luka parah. 

Pada hari yang sama, juru bicara Tentara Thailand, Kolonel Sansern Kaewkamnerd memberitahukan bahwa 13 serdadu Myanmar telah tewas dalam satu baku hantam dengan sekelompok bersenjata yang tidak disebut namanya di daerah garis perbatasan antara dua negara. 

Menurut Kolonel Kaewkamnerd, Pemerintah Thailand telah melakukan investigasi darurat setelah mendapat laporan dari pihak Myanmar. Pemerintah Thailand mencurigai satu kelompok asal Thailand yang pernah merembes secara tidak sah kedalam wilayah Myanmar bersangkutan dengan kasus ini.

Kawasan Yala salah satu provinsi di Selatan Thailand yang memang masih diwarnai konflik membara. Sebelumnya, terjadi pembunuhan terhadap seorang prajurit marinir Thailand di situ.







Mata-Mata (Special Brain) Diculik dan Dibunuh

Seorang marinir Thailand diculik dan dibunuh di Thailand selatan, diduga untuk membalas serangan militer yang menewaskan sejumlah gerilyawan belum lama ini, kata seorang juru bicara militer, Rabu (3/4).

Mayat mangsa diselimut dengan bendera Siam
Maela Tolu, prajurit Muslim (24) yang bertugas di satu pangkalan militer, menjadi mata-mata kerajaan untuk mencari informasi tentang gerilyawan diculik dari rumahnya di daerah Resok oleh delapan pria bersenjata pada Senin petang, kata istrinya kepada polis lokal di Narathiwat, salah satu dari beberapa provinsi di dekat perbatasan Malaysia.

Mayatnya ditemukan di satu jalan desa Beluka Semok di distrik Bacok berdekatan Serangan Fajar, Tujuh Belas Angkatan Geriliyawan Patani Gugur, Selasa malam.

"Matanya ditutup dengan kain, tangannya diikat ke belakang dan ia ditembak kepala dua kali ," kata juru bicara komando daerah militer selatan Kolonel Pramote Promin.

Ia mengatakan penculikan yang jarang terjadi dapat dikaitkan dengan serangan nekad yang tidak biasa terjadi Februari pada Serangan Fajar, Tujuh Belas Angkatan Geriliyawan Patani Gugur menyerbu sebuah pangkalan militer Thailand di kawasan selatan yang bergolak Rabu (13/2/2013) lalu. Marinir, yang memperoleh petunjuk lebih dulu, membalas serangan itu, dan menewaskan 16 gerilyawan. Banyak juga para pejabat Muslim yang ikutan-ikutan menjadi SB (special brain) atau mata-mata. Tak heran, jika orang-orang seperti ini kerap menjadi sasaran penembakan para gerilyawan.

"Kami tidak 100 persen yakin bahwa ini adalah satu serangan balasan --kami masih mengumpulkan para saksi mata dan bukti forensik-- tetapi semula kami yakin bahwa itu adalah pekerjaan gerilyawan," katanya.

Sementara peperangan nakad di Selatan Thailand itu terus terjadi walaupun ada perundingan perdamaian belum lama ini antara Thailand dan BRN (Barisan Revolusi Nasional) di Kuala Lumpur Malaysia.

Lebih dari 5.500 orang tewas dalam sembilan tahun pertumpahan darah di daerah-daerah paling selatan --yang berpenduduk etnis Melayu Muslim.

Rupanya, daerah yang merupakan bagian dari Kesultanan Melayu PATANI itu pernah dilanda aksi pemboman dan peledakkan setiap hari pada tahun 1909. Kemudian berhasil direda oleh militer Thailand. Dan, kini insiden masa silam itu kembali terulang.

Jumat, April 05, 2013

Indoneisa Harap Thailand Beriteduh Warga Melayu Selatan

Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin 
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin berharap Pemerintah Thailand dapat memberikan suasana teduh bagi warga Thailand Selatan dengan cara tidak menonjolkan kekuatan militer yang bisa menyebabkan warga setempat merasa tercekam.

"Berilah suasana keteduhan dan lakukan pendekatan dialog," kata Sjafrie ketika dimintai pendapatnya seusai memberikan paparan di hadapan Pusat Pemerintahan Provinsi Perbatasan Thailand Selatan (The Southern Border Province Administative Center of The Kingdom of Thailand/SBPAC) yang berkunjung ke kantor Kementerian Agama, di Jakarta, Jumat.

Delegasi SBPAC berada di Indonesia selama 4-7 April 2013 selain bermaksud bersilaturahmi, juga mencari informasi tentang kehidupan agama dan kerukunan agama, dan mencari solusi atas konflik di Thailand Selatan.

Delegasi dipimpin sekretaris SBPAC Kol.Pol Tawee Sodsong dengan jumlah peserta 43 orang, yang berasal dari kalangan ulama, pimpinan majelis agama Buddha dan tokoh masyarakat dari daerah itu.

Menteri Pertahanan Sjafrie menjelaskan, kondisi di Thailand berbeda dengan di Indonesia. Tentara di sana lahir tidak seperti Indonesia, yang lahir dari rakyat dan tumbuh bersama rakyat. Karena itu, dalam pendekatannya pun harus berbeda untuk menyelesaikan konfliknya.

Indonesia dengan keanekaragaman budayanya memiliki beberapa kesamaan dengan Thailand Selatan, karena itu melalui kerja sama sosial-ekonomi dan budaya bisa mendorong proses percepatan di wilayah itu, kata Tawee Sodsong kepada pers di Jakarta, Jumat (05/04), seusai pertemuan delegasi SBPAC dengan jajaran Kementerian Agama. Pada pertemuan itu Menag didampingi beberapa pejabat eselon I dan pertemuan itu sendiri berlangsung dalam suasana akrab.

Sjafrie Sjamsoeddin dalam pesannya kepada delegasi tersebut berharap Pemerintah Thailand dapat memberikan suasana teduh bagi warga Thailand Selatan dengan cara tidak menonjolkan kekuatan militer yang bisa menyebabkan warga setempat merasa tercekam. “Berilah suasana keteduhan dan lakukan pendekatan dialog,” kata Sjafrie.

Menurut Tawee Sodsong, di wilayah Thailand Selatan diakui masih ada pasukan militer. Tetapi hal itu tidak sampai membuat masyarakat setempat terlalu khwatir. Namun ia merasa yakin bahwa hal itu tak akan lama dan proses perdamaian yang tengah berjalan akan membuahkan hasil. Proses perdamaian yang akan terwujud tentu akan menggunakan pendekatan dialog. Dan Indonesia, melalui Menteri Agama, menurut dia, melalui kerja sama pendidikan, agama dan sosial ekonomi tentu akan mempercepat proses perdamaian di wilayah itu.

Menteri Agama Suryadharma Ali, dalam petemuan dengan delegasi SBPAC itu menanggapi beberapa keinginan yang disampaikan beberapa peserta. Di antaranya keinginan Thailand Selatan masuk dalam forum Majelis Agama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Singapura (MABIMS). “Keinginan itu akan kita perjuangkan. Tentu setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Thailand,” kata Suryadharma Ali.

Soal pendirian museum Al-Quran, Menag mendapat laporan dari Hazamee Alseh, pimpinan pondok Samanmitivttaya bahwa di wilayah itu banyak Al Quran tulisan tangan berusia 200 hingga 600 tahun. Agar Al-Quran tersebut tidak rusak, maka perlu dibuatkan museum. “Tolong dimasukkan dalam rencana ke depan,” pinta Menag Suryadharma Ali kepada Hazamee Alseh. (ant/ess)
Ketika Thailand meminta dukungan untuk menyelesaikan konflik di Thailand Selatan, pemerintah Indonesia memberi kontribusi positif. Hubungan bilateral Indonesia-Thailand hingga kini cukup baik.

Dan terkait dengan konflik di Thailand Selatan itu, ia menyambut gembira permintaan pimpinan Komite Pattani Islami, Waedueramae Maminchi atau Hj. Abdulrahman Daud agar pemerintah Indonesia ikut memainkan perannya untuk mengatasi konflik di negeri itu dengan pendekatan dialog seperti yang dilakukan di Aceh.

Menurut Sjafrie, ada hal yang perlu diperhatikan di Thailand Selatan. Yaitu kehadiran enam faksi. Faksi yang ada itu belum memiliki kesamaan perjuangan, bahkan ada faksi yang antipemerintah. Faksi-faksi itu harus disatukan dahulu dengan persepsi yang sama. Memang hal ini tidak mudah, tetapi untuk menuju damai di daerah itu perlu adanya satu kesadaran pentingnya perdamaian.

Dasar-dasar hubungan Indonesia - Thailand kuat sudah dimiliki oleh kedua negara. Karena itu, melalui forum itu pula bisa dilakukan tukar informasi untuk memecahkan masalah serta saling memberi kelebihan yang dimiliki.