Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Jumat, Mei 24, 2013

Bom..!! Lima Anggota Paramiliter Kolonial Tewas


Lima anggota paramiliter Thailand tewas dan seorang lainnya terluka parah ketika sebuah bom yang ditanam di sebuah jalan di Thailand Selatan meledak. Demikian keterangan polis setempat, Jumat (24/5/2013).

Serangan pagi hari itu seakan menjadi pengingat bahwa pejuang di kawasan selatan yang dihuni majority warga Melayu Muslim belum menghentikan perlawanan terhadap pasukan kolonial Thailand meski pembicaraan damai terus digelar di Malaysia.

Menurut keterangan polis, pasukan paramiliter itu tengah menumpangi sebuah truk untuk bertemu dengan para pemimpin etnis Melayu di desa Bereh distrik Saiburi, Pattani, salah satu provinsi di Thailand Selatan yang selama satu dekade terakhir diguncang peperangan.

"Empat anggota paramiliter tewas dan dua lainnya cedera, termasuk komandan pasukan yang terluka parah," kata Sersan Montri Pramee dari Kepolisian Saiburi.



"Mereka (Pejuang Kemerdekaan Patani) ingin menciptakan situasi gaduh dalam hari-hari penting ini," tambah Prommee merujuk pada hari libur Buddha, terpenting di kalender Thailand.

Para pengamat mengatakan, Pejuang Kebebasan Patani sudah mengembangkan cara membuat bom yang jauh lebih baik serta mengembangkan teknik peledakan untuk menyebabkan lebih banyak korban dari pihak lawanan.

Sebelumnya, pada Kamis (23/5/2013), seorang anggota paramiliter tewas dan seorang geriliyawan gugur dalam baku tembak di Narathiwat yang berbatasan dengan Malaysia. Sementara sehari sebelumnya, seorang etnis Melayu ditembak mati di siang bolong.

Serentetan aksi berdarah pekan ini menyusul perundingan resmi pertama antara Pemerintah Thailand dan perwakilan kelompok pejuang Barisan Revolusi Nasional (BRN) di Malaysia.

Sebelumnya, pembicaraan sudah digelar pada Maret dan April. Namun, sejak itu, aksi kekerasan justru semakin meningkat di Thailand Selatan.

Terus meningkatnya aksi kekerasan ini menimbulkan pertanyaan apakah Thailand benar-benar berunding dengan jujur iklas dengan para pemimpin BRN yang bisa mengendalikan solusi yang damai antara kedua belah pihak.

Jumat, Mei 03, 2013

Putaran Kedua, BRN Daftar Lima Poin Tuntutan

Putaran kedua pembicaraan damai berlangsung pada Senin (29/03) di ibukota Malaysia.

Thailand akan menunggu untuk mengamati apakah kekerasan di kawasan ujung Selatan berkurang sebelum babak lanjutan pembicaraan damai pada Juni ini, kata seorang pejabat senior pemerintah Selasa setelah putaran kedua pembicaraan dengan memimpin gerilyawan kemerdekaan Patani.

Sekjen Dewan Keamanan Nasional (NSC) Paradorn Pattanathabut, yang memimpin tim negosiasi Thailand, mengatakan bahwa pemimpin Barisan Revolusi Nasional Patani (BRN) berjanji untuk berkoordinasi dengan gerakan terkait guna menghentikan serangan terhadap pasukan pemerintah dan warga sipil di provinsi perbatasan selatan Thailand, seperti yang diminta pemerintah Thailand.

Wilayah ini dulunya adalah daerah kesultanan Melayu Patani sampai dengan dianeksasi oleh Bangkok sekitar seabad lalu, dan sejak itu pemberontakan sering terjadi. Namun, pihak berwenang kolonial Thailand percaya bahwa pejuang BRN yang paling berpengaruh di daerah itu.

Pembicaraan-pembicaraan terjadi pada klip video di YouTube oleh BRN yang terbilang daftar lima poin tuntutan kepada pemerintah Thailand.

Petugas Perhubungan BRN Hassan Taib, yang juga bergabung dengan perundingan perdamaian dengan otoritas Thailand, membaca tuntutan pada situs-situs video-sharing.

BRN menyiarkan tuntutannya dalam YouTube, termasuk menuntut untuk menjalankan pemerintahan sendiri secara adil.

Menurut Abdulkarim Khalib selah seoarang Staff Deligasi BRN mengatakan, perbicaran harus berpedoman kepada Sejarah bahwa Patani adalah sebuah bangsa yang tertindas.

Pembicaraan akan berlanjut dengan tuntutan bahwa.

1. Kerajaan kolonial Siam-Thailand harus menerima Kerajaan Malaysia sebagai mediator, bukan fasilitator.

2. Pembicaraan terjadi di antara Bangsa Patani yang dipimpin oleh BRN dengan kolonial Siam-Thailand.

3. Dalam pembicaraan, perlu ada pengamatan oleh perwakilan dari Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) atau Organisasi Kerja sama Islam, atau kelompok-kelompok LSM lainnya selama putaran berikutnya pertemuan-pertemuan.

4. Membebas semua tersangka yang ditahan dan pencabutan semua surat-surat perintah tanpa syarat.

5. Kolonial Siam-Thailand harus mengakui bahwa BRN adalah gerakan Pembebasan Bangsa Patani, bukan pemisah.


Ini adalah normal bagi BRN untuk membuat permintaan keadilan yang demikian, mencerminkan keinginan rakyat.

Letjen Paradorn menambahkan, bahwa Thailand berdiri teguh dalam dialog bahwa proses perdamaian harus sesuai dengan konstitusi Thailand dan bahwa setiap langkah untuk memisahkan pemerintah Thailand atau mendirikan negara baru yang tidak dapat diterima. Kami sudah siap untuk mendengarkannya. Permintaan BRN di website tidak bisa diartikan sebagai kegagalan pembicaraan damai mengutip pernyataan Paradorn.

"Kami tidak gagal. Kami dengar pandangan mereka tetapi tidak menjanjikan mereka," kata Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Thailand, Paradorn Pattanathabutr, mengacu pada kegagalan perundingan di Malaysia, Senin lalu.

Thailand mengadakan pembicaraan perdamaian resmi pertama dengan perwakilan dari Barisan Revolusi Nasional (BRN) di Malaysia pada Maret dan putaran lain pada April, tetapi serangan mematikan terus berlanjut.

Paradorn, yang adalah kepala konsultan Thailand dengan pejuang kebebasan Patani dari BRN, mengatakan pertemuan akan segera berlangsung, dengan konsultasi dijadwalkan pada 13 Juni mendatang. Putaran berikutnya pembicaraan dijadwalkan untuk Juni 13.

Lebih dari 5.000 orang tewas dan lebih dari 9.000 terluka dalam lebih dari 11.000 insiden, atau sekitar 3,5 hari, di Patani Selatan Thailand, etnis Melayu mendominasi tiga provinsi perbatasan selatan, Yala, Pattani, Narathiwat dan empat kabupaten Songkhla, karena kekerasan meletus pada Januari 2004, menurutDeep South Watch, yang memonitor kekerasan daerah.