Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Sabtu, Agustus 31, 2013

Akademisi Prince of Songkla University Kunjungi Gampong Darussalam


Sejumlah akademisi dari Fakultas Pendidikan Prince of Songkla University, Thailand Selatan, mengunjungi Gampong Cot Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, Kamis, 29 Agustus 2013.  Mereka adalah Prof. Dr. Ekkarin Sungtong, Prof. Dr. Kanita Nitjarunkul dan Sanan Pengmuan.


Kedatangan para akademisi bergelar doktor tersebut dalam rangka peninjauan kerja sama antara Prince of Sonkla University dan sejumlah komunitas di Thailand Selatan dengan Aceh di bidang penanganan korban konflik.

Di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gampong setempat, mereka mengadakan pertemuan dengan sejumlah ibu-ibu mantan pasukan Inoeng Balee GAM dan korban konflik. Pertemuan difasilitasi oleh Cut Fatma Dahlia, dari LSM Reusam.

“Kami banyak mendengar tentang konflik dan damai di Aceh. Kami datang ke sini untuk melihat lebih dekat,” kata Profesor Ekkarin, saat menyampaikan kedatangan mereka ke Desa Cot.
 
Menurut Profesor. Ekkarin, di tempat asalnya, saat ini konflik masih berkecamuk. Di lokasi-lokasi tertentu keadaanya sama seperti Aceh di waktu masa konflik, setiap hari ada saja orang yang meninggal.

“Di tempat kami, saat ini ada sebuah organisasi yang memikirkan masalah korban konflik,” kata Profesor Ekkarin. 

Di temuan pertemuan itu, masyarakat Gampong Cot menyuguhi tamu dari Thailand tersebut kelapa muda dan aneka penganan khas Aceh. Masyarakat juga memperlihat sejumlah kerajinan tangan khas Aceh hasil produksi masyarakat Gampong Cot. 


Kamis, Agustus 08, 2013

Kerajaan Thailand Pengkhianat, BRN Hentikan Rundingan Damai

Pemerintah Thailand dituduh melakukan pengkhianatan, kekerasan, kebohongan dan memfitnah orang-orang Bangsa Melayu Patani.

Pejuang Barisan Revolusi Nasional di Selatan Thailand yang berpenduduk majority etnis Melayu mengancam akan menghentikan perundingan perdamaian dengan pemerintah karena pertumpahan darah tetap terjadi selama gencatan senjata Ramadhan.

Dalam video yang diposting di situs YouTube, tiga unit Tentera BRN mengenakan kerudung dan perlengkapan tempur serta memegang senjata otomatis mengatakan Barisan Revolusi Nasional (BRN), salah satu dari gerakan pejuang kemerdekaan Patani, akan menarik diri dari perundingan.

"Para penjajah Thailand telah melakukan pengkhianatan, kekerasan, kebohongan dan memfitnah orang-orang Pattani," kata salah satu dari mereka dalam video yang diposting pada Selasa (06/08) lalu dan telah dikonfirmasi kebenarannya oleh sumber yang dekat dengan para perundingan pada Kamis ini.

Lihat Clip di: http://www.youtube.com/watch?v=8JE9NiawBL8, 
Patani merupakan salah satu dari beberapa provinsi di selatan, dimana 5.700 orang telah tewas sejak tercetus obor revolusi kemerdekaan Patani pada tahun 2004.

Pengkhianat kerajaan Thailand ini memang sangat disayangkan di tengah upaya pembicaraan di Malaysia antara pemerintah Thailand dan beberapa gerakan pejuang, termasuk BRN itu, yang nyata-nyata telah membangkitkan harapan pada perdamaian.

Sebuah gencatan senjata, seharusnya berlangsung dari 10 Juli - 18 Agustus, untuk menandai bulan suci umat Islam. Sayangnya, serangan militer bayangan kerajaan Thailand mulai lagi setelah beberapa hari dan pengamat lokal mencatat sebanyak 29 orang tewas selama Ramadan yang berakhir Rabu kemarin.

Dalam video itu, Tentera BRN mengatakan pemerintah Thailand telah gagal memenuhi kondisi dari negosiasi.

Bahwa fakta video ini menunjukkan tanda-tanda kekuatan internal dari tubuh BRN, dengan melalui Majlis Syura.

Ini menambahkan bahwa video itu merupakan upaya baru dari BRN untuk menekan Thailand agar memenuhi lima tuntutan kunci BRN yang mencakup bahwa Malaysia akan diberi peran mediator, bukan fasilitator, dalam pembicaraan perdamaian dan anggota lain Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) serta Organisasi Konferensi Islam (OKI) harus terlibat dalam proses perdamaian. Pelepasan semua tahanan dan mengakui bahwa mereka melakukan suatu gerakan pembebasan.