Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Minggu, April 29, 2012

Jangan Sebut Kami Orang Thai

"Jangan sebut Kami orang Thai atau Muslim Thai. Kami adalah Orang Melayu Muslim Patani"

Adapun awal perkembangan politik Thailand di Selatan (Patani) berdasarkan pada mendelegitimasikan bangsa Patani dan berusaha melegitimasikan atas haknya. Jadi jelas bahwa Kerajaan Siam-Thai bertujuan untuk menghapuskan kepemilikan hak atas bangsa Patani, baik secara politik maupun fisik, merupakan suatu simbol yang tak dapat dihindarkan.

Kalau liat di Peta Dunia, Thailand Selatan berbatasan langsung dengan Malaysia. Sehingga budaya Melayu lebih kental daripada budaya Thai itu sendiri, misalnya mereka sangat menyukai lagu dan film Malaysia serta Indonesia. Bahasapun mereka lebih sering menggunakan bahasa Melayu, pakaian yang dikenakan serta penganut agama Islam banyak bertebaran di wilayah Selatan yang beretnis Melayu ini.

Sebenarnya penduduk Patani lebih mirip orang Melayu, berbeda dengan penduduk Siam-Thailand pada umumnya yang bersuku Thai, karena sebenarnya mereka adalah keturunan Melayu. Bergabungnya tiga provinsi di selatan Thailand (Pattani, Yala dan Narathiwat) adalah kehendak dari Inggris dan Kerajaan Siam melalui perjanjian pada tahun 1909. Yang sama sekali tidak mendengarkan suara rakyat di tiga provinsi tersebut. Siam itu menjajah tiga provinsi di selatan Thailand sampai kini, dan "Jangan sebut Kami orang Thai atau Muslim Thai. Kami adalah Orang Melayu Muslim Patani".

''Sistem demokrasi Kerajaan Thailand yang terbentuk oleh budaya dan agamanya cenderung otoriter terhadap minority Melayu di bagian Selatan Thailand. Demokrasi barangkali baik bagi orang lain, tetapi bagi bangsa Patani bagaikan negara yang aristokrasi atau sejenisnya''
Sehingga hingga saat ini banyak aktivity atau kebudayaan Thai yang tidak dilakukan oleh warga Pattani, karena menurut mereka ‘kita berbeda Ideologi’. Banyak warga Melayu Patani khususnya Muslim tidak ikhlas menjadi bagian dari negara Thailand. Utamanya Muslim di selatan Thailand yang secara kultur dan geografis lebih dekat ke dunia Melayu. Patani memang terbilang dekat dengan Bangkok, tapi bagi sebagian warga Thai terasa begitu jauh (dihati). Karena Patani adalah Dunia Melayu di bawah penjajah  kolonial Siam-Thailand.


Selasa, April 17, 2012

Elaborasi Dikir Barat Negeri Patani Ke Negeri Kelantan

 
(Sedihnya Ku Rasa)  
Menurut Sejarah, Dikir Barat lebih di kenal dari Negeri Patani, Selatan Siam ke Negeri Kelantan (Utara Malaysia). Menurut masyarakat Kelantan, perkataan Barat ini bermakna Negeri Patani di Selatan Siam. Karena pada zama dahulu Nageri Kelantan dan Negeri Patani kedua ini selalu datang dan pergi di antara dua negeri ini. Mereka membawa teater Dikir dengan versi mereka masing-masing, dan diterima kedua negeri tersebut. Maka terjadilah elaborasi antara kedua jenis dikir yang diadaptasikan dengan masing-masing negeri yaitu Negeri Patani dan Negeri Kelantan.

Minggu, April 15, 2012

Identity Melayu Patani Dibatasi



Etnis, agama, maupun kultur di Patani Selatan Thailand memang berbeda dengan majority penduduk Thailand Buhda. Persoalan bukan pada perbedaan itu sendiri, tetapi terjadi saat hak masyarakat Melayu Patani untuk mengekspresikan identitynya dibatasi oleh sistem yang diberlakukan oleh pemerintahan Siam-Thailand..!!

Sabtu, April 14, 2012

Selatan Thailand: Siapa Mendominasi Siapa..?

Masjid Jami di Provinsi Pattani
Thailand kini memang bukan Thailand di bawah pemerintahan militer yang tidak demokratis. Tetapi faktanya di bawah pemerintahan sipil pun masih muncul kritik seperti dilontarkan Komnas HAM di sana. Jadi, demokrasi memang tidak serta-merta sempurna. Sebenarnyalah demokrasi sendiri merupakan satu proses, bahkan mungkin proses belajar yang panjang.

Warna budaya muslim Melayu memang sangat kental di 3 provinsi Selatan Thailand. Pemandangan para muslimah berjilbab. Warga Melayu Patani juga akrab dengan pakaian batik (dengan bahasa yang sama : batik). Untuk keperluan ibadah, banyak warga Patani yang mengenakan sarung asli Samarinda. Sepertinya profil Melayu di Patani kerap bertukar kultur dengan Melayu di Malaysia ataupun Indonesia

Memang, sepintas pemandangan di Patani dapat menandakan bahwa ini masih wilayah Thailand hanyalah potret Raja Bhumibol yang masih bertebaran disana sini, juga bendera merah putih biru Thailand serta bendera kuning kerajaan yang bertengger di semua institusi formal.

Yang unik, di kubah masjid Jami Patani, dipasang pula bendera Thailand persis di bawah tiang bulan bintang.

Jadi apa yang terjadi di Thailand Selatan tak jelas siapa mendominasi siapa..??

Warisan Kolonialisme di Tanah Melayu Asia Tenggara


Konflik berkepanjangan di tanah Malayu Patani merupakan warisan bangsa penjajah masa lalu. Ini dosa politik bangsa kolonial yang juga terjadi di Asia tenggara, ada kelompok-kelompok etnis dimasukkan ke suatu negara padahal secara culture masyarakatnya lebih pas dengan negara lain. Konflik Patani merupakan warisan bangsa kolonial setelah meninggalkan wilayah tersebut. Tidak jelinya mereka mengakibatkan ketegangan antaretnis. Namanya juga penjajah, ya terserah seleranya mau bagi-bagi wilayah. (Nurani Chandrawati, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI).

Perjanjian Anglo Siam-Inggeris 1909


Kasus serupa juga terjadi di Thailand Selatan. Etnis Melayu Muslim Patani menuntut kemerdekaan penuh, karena ketidaksesuaian faktor sosio-kultural dengan rezim yang berkuasa. Pada tahun 1457 daerah Patani merupakan Kerajaan Melayu Patani. Kondisi Patani tersebut sama seperti daerah tetangganya Perlis dan Kelantan di daerah Malaysia Utara. Namun pada 1875 Patani diduduki Thailand. Kemudian datanglah Inggris ke semenanjung Malaka.

Dalam perjanjian ‘Anglo’ antara Inggris dengan Thailand, Patani menjadi bagian dari Thailand. Sedangkan Perlis dan lain-lain menjadi bagian dari jajahan Inggris. Muslim Patani tidak mempunyai pilihan, mereka dipaksa menjadi bagian dari kerajaan Thailand. Sejak itu terjadi pergolakan di daerah Patani hingga sekarang, karena menurut sejarah, muslim Patani dijajah oleh kerajaan Siam.

Sejarah Perjuangan Melayu Patani 

Semenjak Pemerintahan Kerajaan Melayu dihapuskan pada tahun 1902, orang Melayu Patani berada dalam keadaan tertekan dan lemah. Seperti yang diungkap oleh W.A.R. Wood, orang-orang Melayu telah menjadi mangsa sebuah pemerintahan yang buruk. Maka, tidaklah heran apabila kekacauan seringkali terjadi di wilayah selatan mulai tahun 1910 hingga 1923. Dalam masa pemerintahan Pibul Songgram (1939-1944), orang Melayu telah menjadi korban asimilasi kebudayaan atau Rathaniyom.

Tokoh Diktator, Pibul Songgra
Tindakan Pibul Songgram memihak kepada Jepang dalam Perang Dunia Kedua telah memberikan dugaan bagi orang-orang Melayu Patani untuk membetulkan ketidakadilan mereka dalam oleh Perjanjian Bangkok (1909). Tengku Mahmood Mahyideen, seorang pegawai berpangkat Major dalam pasukan Force136, pernah mengemukakan permohonan kepada pihak Pemerintah Britania di India supaya mengambil alih Patani dan wilayah sekitarnya serta digabungan dengan Tanah Melayu. Harapan mereka bertambah besar ketika dalam dalam persidangan wakil-wakil di 'San Francisco' pada bulan April 1945 telah berjanji “akan membantu untuk membebaskan negeri-negeri yang terjajah berasaskan prinsip hak menentukan nasib sendiri (self-determination)”.

Pada 1 November 1945, sekelompok pemimpin Melayu Patani dipimpin oleh Tengku Abdul Jalal, bekas wakil rakyat wilayah Narathiwat, telah mengemukakan petisi kepada Kerajaan Inggris yang isinya memohon supaya empat wilayah di Selatan Siam dibebaskan daripada penjajahan Siam.

Komitmen Ingris terhadap Siam berubah setelah usai Peperangan Pasifik. Keselamatan tanah jajahan dan kepentingan Inggris di Asia Tenggara menjadi pertimbangan utama kerajaan Inggris dalam pengakuannya terhadap Siam atau pun Patani. Kerajaan Inggris juga memerlukan kerjasama Siam guna mendapatkan pasokan beras bagi keperluan tanah jajahannya. Pertimbangan penting lainnya, kerajaan Ingggris terpaksa menyesuaikan kesepakatannya terhadap Siam dengan tuntutan Amerika Serikat yang menduduki wilayah Siam pada tahun 1941.

Kebangkitan Komunis di Asia Tenggara selepas PD II, juga menjadi faktor pertimbangan Inggris dalam menentukan kebijakannya, dimana Siam dianggap sebagai negara penahan terhadap ancaman Komunis Cina. Blok barat menginginkan Siam terus stabil dan memihak kepada mereka dalam persaingan dengan negara-negara Komunis.

Kebangkitan Komunis di Semenanjung Tanah Melayu pada bulan Juni 1948 mengakibatkan Ingggris meningkatkan lagi kerjasama dengan Siam guna menghapuskan pemberontakan Komunis di perbatasan Siam-Tanah Melayu. Oleh karana itu Isu Patani dianggap sebagai penghalang ke arah kerjasama yang harmonis antara Inggris dengan Thailand.

Tengku Mahmood Mahyideen
Tuan Guru Haji Sulung

Selepas persidangan Songkhla pada awal bulan Januari 1949, pihak penguasa Inggris di Tanah Melayu mulai mengambil tindakan ke atas kegiatan GEMPAR di Semananjung Tanah Melayu. Tengku Mahmood Mahyideen, seorang pemimpin utama Melayu Patani, telah ditekan oleh pihak berkuasa, manakala Tuan Guru Haji Sulung telah ditangkap oleh pihak berkuasa Siam atas tuduhan subversif. GEMPAR, sebuah organisasi politik masyarakat Melayu Patani di Semenanjung juga telah dibatasi aktivitasnya.

Akibat daripada tekanan tersebut, gerakan Melayu Patani mulai lemah dan goyah. Sungguhpun begitu, perjuangan Tengku Mahmood Mahyideen dan Tuan Guru Haji Sulung telah diteruskan generasi muda Patani. Sepanjang tahun 1960-an, beberapa Organisasi pembebasan telah didirikan bagi memperjuangkan kemerdekaan Patani melalui perjuangan bersenjata yang terus berlanjut hingga sekarang sampai terwujud kemenangan Umat Melayu Muslim Patani atas izin Allah.

Kamis, April 12, 2012

Isya' Berdarah, Dua Tewas Satu Luka Parah



Pada 11 April 2012, jam 8.00 malam, berlaku satu kejadian penembakan penduduk kampong Benaeperai Penarik wilayah Pattani, Thailand Selatan. Kejadian tersebut berlaku selepas peduduk tersebut selasai solat Isya' di Musolla Sabilulkhoir (Madrasah) yang sedang megobrol  seramai 5 orang. 


Sekelompok orang bersenjata menembak dan membunuhdua warga Muslim saat mereka meninggalkan masjid setelah shalat Isya di wilayah Thailand selatan. Mereka masih di dalam kompleks masjid ketika mereka ditembak setelah shala.


Menurut warga desa di tempat kejadian, setelah mereka selesai doa bersama masing-masing siap ingin pulang kerumahnya. Bahwa mangsa yang terselamat menceritakan detik kejadian ini dengan mengatakan bahwa:

Mangsa yang tewas Yali Lahea (52), seketika itu mangsa ingin  pulang kerumah dan  menutup semua lampu musolla tersebut, hanya lampu yang tidak dipadamkan tempat ambil wuduk  dan lampu paling utama Musolla di tanggalkan. 

Setelah mangsa tewas melangkah kaki untuk keluar dari halaman Musolla bersama  jiran Chesofiah Wok yang cedera parah mereka terdengar suara mengatakan "Mahu kemana?" (dalam Bahasa Thai) dan  terus lepas ditembakan kearahnya.  

Sejumlah pria bersenjata tiba-tiba menembak ke kerumunan jamaah yang baru keluar dari masjid usai melaksanakan shalat berjamaah di Masjid.

Ketika itu Ramli Hj.Doleng suami kepada Chesofiah yang masih berada dalam pagar Musolla cuba melarikan diri ke dalam Musolla tapi bertembong dengan kelompak gelap yang memakai pakaian seramgam warna hitam sedang mengacu senapang kearahnya dan akhir Ramli ditembak mati di tempat kejadian tersebut, tutur penduduk desa.


Selama konflik bersenjata, lebih dari 5.100 orang telah tewas, baik dari kalangan entis Melayu dan warga Buddha. Sejak kerusuhan meningkat pada Januari 2004, konflik di Thailand Selatan sebagian besar terjadi di wilayah Pattani, Yala dan Narathiwat. 

Wilayah Thailand Selatan yang didominasi Muslim, sejak lama melakukan perlawanan untuk meraih kemerdekan dari Thailand Utara. Ini membuat wilayah ini selalu dibayangi berbagai serangan bom dan kekerasan kepada pihak tentara, para pejuang, dan warga sipil hampir setiap harinya.

Ini diperburuk dengan penempatan puluhan ribu tentara oleh Pemerintah kolonial Thailand. Selain itu pemerintah Thailand juga menjadikan beberapa wilayah dominasi muslim beretnis Melayu ini sebagai daerah darurat militer.

Minggu, April 08, 2012

Kambing Hitam.. Empat Tersangka Ledakan Bom Ditangkap

"Apa yang terjadi di sini, tidak terlepas tokoh-tokoh Agama dan rakyat Melayu yang tidak berdosa tersebut telah menjadi Kambing Hitam. Tindakan militer jauh lebih tak bermoral. Mereka bertindak brutal, bahkan tanpa pandang bulu apakah sasarannya anak-anak atau orang-orang tua. Mereka dengan semena-mena masuk ke rumah-rumah, menangkapi orang-orang tidak berdosa secara brutal. Pemerintah melakukan aksi-aksi penangkapan massal terhadap kaum etnis Melayu Muslimin, pembekuan dan penghancuran sekolah-sekolah Agama Islam, termasuk penangkapan terhadap sejumlah Kiayi-Ulama dan para pemimpin Islam, menyusul terjadinya serangkaian kekerasan di wilayah etnis Melayu di Selatan Thailand yang berkelanjutan"
Kepolisian Thailand telah menangkap empat tersangka terkait rentetan ledakan bom di Thailand selatan yang menewaskan 15 orang. Keempat tersangka membantah terlibat serangan bom mobil tersebut.



Tiga pria ditahan pada Rabu, 4 April malam di sebuah rumah di Distrik Rueso, Provinsi Narathiwat dalam operasi yang melibatkan 50 polis dan paramiliter.

Dikatakan Kolonel Satarnfa Wamasing dari kepolisian Rueso, sebelum operasi tersebut, sebuah truk curian yang digunakan dalam serangan di Kota Yala terlihat di depan rumah salah satu tersangka.

"Mereka masih membantahnya namun kami punya bukti bahwa mereka bertemu untuk merencanakan serangan-serangan," kata Satarnfa kepada AFP, Kamis (5/4/2012).

Diimbuhkannya, kepolisian juga sedang menyelidiki catatan panggilan telepon yang mereka lakukan.

"Ada orang-orang lainnya yang terlibat namun saya tak bisa mengatakan berapa banyak," tutur Satarnfa.

Dikatakan Satarnfa, salah seorang tersangka adalah Ustaz yang telah 9 kali mendapatkan perintah penangkapan. Sementara tersangka keempat ditangkap di rumahnya di Provinsi Yala. Dia terekam kamera CCTV sedang mengendarai sebuah motor untuk menjemput sopir salah satu kendaraan yang dipakai dalam dua ledakan bom di Yala. Pria itu juga membantah keterlibatannya.


Hampir setiap hari terjadi serangan acak yang menggunakan senjata api maupun bom. Pemberlakuan keadaan darurat di wilayah itu makin membuat situasi memburuk karena memberikan kekebalan hukum dan mendorong puluhan ribu tentara yang ditempatkan di sana melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Bagi umat Melayu ini adalah satu kezaliman dan menambahkan lagi penderitaan warga masyarakat di Selatan Thailand. Dan ia juga melahirkan kemarahan warganya di selatan terhadap kerajaan dan ini menjadi punca keganasan di selatan yang sukar untuk dibendungkan. Impaknya amat buruk sekali terhadap warga yang beretnis Melayu. Ia melahirkan ketakutan dan keburukan kerana darurat militer ini dikuatkuasa ke atas umat Melayu Islam sahaja.   
Para pejabat keamanan Thailand merekomendasikan aturan darurat di Provinsi Yala, Pattani dan Narathiwat, serta sebagian wilayah Songkhla. Bahwa Undang-undang Darurat memperluas kekuasaan pemerintah. Yakni berwenang merazia, melarang rapat massal, menyensor berita dan publikasi rahasia, membatasi perjalanan, menahan tersangka tanpa pengadilan, menyita properti, dan meyadap telepon.



Senin, April 02, 2012

Tiga Provinsi, Hatyai - Pattani - Yala di Guncang Bom..!!


Bom diguncang tiga provinsi Thailand Selatan.  Dalam insiden tersebut di Hatyai 3 orang tewas empat ratus luka-luka,  di Yala bom juga melukai 100 lainnya dan 10 orang tewas. Terpisah, di Provinsi Pattani lagi seorang polis terluka dalam serangan bom.

Bom meledak di pusat kota Yala ketika siang hari, saat orang-orang sedang berbelanja. Sejumlah pertokoan dekat dengan lokasi bom terbakar. Motor dan mobil yang diparkir di sekitar lokasi hancur akibat ledakan yang kuat tersebut.

"Sembilan korban tewas dan 112 orang yang terluka sudah dibawa ke rumah sakit," ujar seorang perawat di unit gawat darurat rumah sakit Yala kepada AFP, Sabtu (31/3).

Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan 10 orang dalam kondisi kritis akibat luka bakar. Juru bicara militer di wilayah tersebut Kolonel Pramote Promin sebelumnya mengatakan, tujuh orang tewas dan lebih dari 70 orang terluka.

Menurut suster di UGD rumah sakit Yala, 9 orang tewas dan 112 lagi telah dibawa ke rumah sakit, tapi polis kemudian menaikkan angka korban tewas menjadi 10.

Gubernur Yala mengatakan, saat bom meledak di kawasan bisnis, sebagian besar korban sedang berada di dalam mobil. Diduga pelaku meletakkan bom di bawah beberapa mobil yang diparkir di daerah tersebut. 

"Bom pertama adalah bom mobil. Sedangkan bom yang kedua dan ketiga adalah bom yang tersembunyi di sepeda motor," ujar Promin.

Seorang polis Yala mengatakan, masing-masing bom meledak dengan jeda waktu 10 menit. Pasukan penjinak bom terlihat memeriksa puing mobil yang hancur di lokasi kejadian. Asap terlihat memenuhi jalanan.

Sejumlah ruko di dekat lokasi ledakan terbakar dan banyak mobil dan motor yang diparkir di sekitar lokasi rusak akibat ledakan tersebut.

Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang berkobar di sekitarnya. Petugas penyelamat membantu korban yang terluka. Mereka juga mencari korban terluka lainnya.

Petugas tim gegana terlihat memeriksa reruntuhan mobil di tempat ledakan bom mobil sementara regu pemadam kebakaran mematikan api di dekatnya.

Para petugas pertolongan membantu korban yang berlumuran darah mencari orang-orang lain yang luka di tengah asap di jalan. 10 orang dalam keadaan kritis akibat luka bakar, deminikian menurut kementrian kesehatan umum.

Terpisah, di Provinsi Pattani lagi seorang polis terluka dalam serangan bom sepeda motor di depan Kantor Kepolisian distrik Mae Lan.

Di tempat yang berbeda, sebuah ledakkan juga terjadi di sebuah hotel Hat Yai, Provinsi Song Khla. Menurut laporan, Kepala polis nasional  Thailand  mengatakan dalam sebuah  pernyataan yang   disiarkan televisi, Minggu (01/4/2012) kebakaran yang  menimbulkan korban tewas  di sebuah hotel di Thailand selatan  disebabkan oleh bom mobil yang diduga ditanam oleh gerilyawan. 

Dalam  peristiwa  kebakaran yang  terjadi di hotel menurut AFP  setidaknya  menewaskan tiga orang, termasuk seorang turis Malaysia, dan melukai empat ratus lainnya, menurut  pernyataan  yang  diberikan oleh gubernur provinsi.

Ledakan  bom datang  secara  bersamaan  dengan peristiwa  ledakan bom yang  terjadi di lain tempat di wilayah  Yala  setidaknya   telah  menewaskan 10 orang .

"Ya itu adalah bom mobil dan itu terkait dengan insiden (bom) di Yala dan saya percaya bahwa itu adalah pekerjaan dari kelompok yang sama. Kendaraan yang digunakan adalah Honda, "kata Kapolri Jenderal Priewpan Damapong.

Insiden bom di Yala merupakan yang terburuk sejak serangan bom pada Januari tahun lalu yang menewaskan sembilan orang. 

Pejuang kemerdekaan Patani di Thailand selatan diduga bukan bagian dari gerakan jihad global, melainkan berjuang menuntut hak Hukum Internasional dan  pebebasan melawan diskrimisasi terhadap golongan etnik Melayu yang Muslim yang sudah lama dilakukan oleh berbagai pemerintah Thailand berturut-turut.

Untuk meredam kerusuhan, pihak berwenang telah memberlakukan keadaan darurat di wilayah itu, yang menurut para pejuang HAM pada hakekatnya memberi kekebalan hukum kepada militer.

Militer minggu lalu mengakui bahwa tentara akhir Januari lalu menembak mati empat orang Muslim warga desa yang sedang dalam perjalanan menuju pemakaman gara-gara salah paham mengira mereka akan diserang kaum geriliya.

Salah satu insiden paling banyak menelan korban jiwa di kawasan itu terjadi 25 Oktober 2004, dimana tujuh orang mati ditembak selagi aparat keamanan membubarkan protes di kota Tak Bai, dan 78 lagi tak bisa bernafas atau terhimpit sampai mati dalam truk sewaktu diangkut ke tempat penahanan.

Kelompok-kelompok HAM mengatakan, kegagalan pihak berwenang Thailand untuk meminta pertanggungjawaban aparat keamanan sehubungan dengan kematian para korban telah memicu kekerasan lebih lajut dan alienasi di wilayah selatan itu.

Jurubicara pihak berwenang lokal mengatakan kepada Kedutaan Australia di Bangkok bahwa tidak ada warga asing yang tewas atau cedera dalam ledakan bom di Thailand ini.

Wilayah selatan Thailand yang berbatasan dengan Malaysia tersebut mengalami ketidakstabilan kondisi keamanan sejak 2004.

Selama ini, lebih dari 5.000 orang tewas sejak puluhan aksi pada Januari 2004 di daerah yang didominasi penduduk etnis Melayu, seperti Provinsi Yala, Pattani dan Narathiwat. 

Rupanya, daerah yang merupakan bagian dari Kesultanan PATANI itu pernah dilanda aksi pemboman dan peledakkan setiap hari pada tahun 1909. Kemudian berhasil direda oleh militer Thailand. Dan, kini insiden masa silam itu kembali terulang.