PADA setiap negara, nama perkumpulan Free-masonry itu berbeda-beda.
Ada yang
bersifat lokal ada pula yang merupakan cabang dari luar negeri, ada pula yang
menghimpun semua aliran pemuda dan organisasi kepemudaan dari segala macam
gerakan: Katholik, Budha, Islam, Protestan, sekuler, sosialis, kebangsaan dan
sebagainya. Tetapi pimpinannya harus seorang anggota Freemasonry, ada juga
seorang yang bodoh dalam agama lalu diasuh Freemason. Karena dianggap
mengun-tungkan bagi penguasa, maka aliran-aliran Free-masonry didukung oleh
penguasa, dan kebanyakan dari penguasa itu sendiri buta tuli tentang gerakan
Freemasonry, dan hanya melihatnya sebagai gerakan amal kebajikan umum. Jika
kita kaji, hampir semua gerakan masa atau organisasi masa yang berupa
organisasi politik ataupun organisasi amal, telah dimasuki jarum-jarum
Freemasonry.
Hampir semua organisasi kebangsaan di dunia ini, mendasarkan ide
gerakannya pada prinsip-prinsip Freemasonry. Dan salah satu ciri khasnya,
hampir semua organisasi kebangsaan bersikap anti pati, atau sekurang-kurangnya
melirik dengan cibiran bibir terhadap Islam.
Aliran Freemasonry dimasukkan oleh orang-orang Inggris dan Perancis
yang ingin menguasai Siam
sehingga menimbulkan krisis Siam .
Krisis Siam
mulai 1893-1896 M.
Freemasonry yang dimasukkan oleh orang Siam ,
berupa gagasan-gagasan sekularisasi yang diteri-manya manakala orang-orang Siam
itu belajar di luar negeri seperti di Inggris. Diantara orang Freemasonry yang
terkenal di Siam
adalah Pridi Banamyong dan Phya Bahol Sena atau Bahol Balabayuha pada 1955 M.
Bahasa
Pada 1923 M, beberapa Madrasah Agama ditutup,
dalam sekolah-sekolah Agama harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan
pendidikan etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran Budha.
Pada saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan
lagu-lagu bernafaskan Budha dan kepada guru harus menyembah dengan sembah
Budha. Kementrian pendidikan memutar balik sejarah : dikatakannya bahwa orang Melayu Muslim itulah yang jahat ingin menentang pemerintahan shah di Siam dan
menjatuhkan raja.
Orang-orang Melayu Patani tidak diperbolehkan mempu-nyai partai politik
yang berasas Melayu atau Agama Islam bahkan segala organisasi pun harus berasaskan:
‘Kebang-saan’. Pemerintah pun membentuk semacam pangkat mufti yang dinamakan
Culamantri, biasanya yang diangkat itu seorang alim yang dapat menjilat dan
dapat memutar balik ayat sehingga ia memfatwakan haram melawan kekuasaan Budha.
Pada
saat-saat tertentu dipamerkan pula segala persenjataan berat, alat-alat
militer. Lalu mereka mengundang ulama, tokoh Agama, para-para Ustaz untuk melihat-lihat, dengan harapan
akan tumbuh rasa takut untuk berontak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar