Semangat apakah gerangan yang menghantarmu, wahai Syekh Abdul Samad al-Falembani, menuju ke Patani? Tanah tumpah darahmu bukan Patani. Seperti lazimnya ulama tempo dulu, nama akhirmu al-Falembani, menunjukkan bila kampung halamanmu adalah Palembang . Antara Palembang, nun, di Sumatera bagian selatan, dengan Patani di Selatan Thailand , terbentang jarak berkilo-kilo meter.
Tapi, wahai orangtua yang rapuh, mengapa engkau perkasa mengharungi lautan di usiamu yang senja? Semangat jihad, agaknya, membuatmu bertahan dari amuk badai, menuju ke Patani. Jihad, rasa ikhlas bekerja di jalan Allah sekalipun harus mempertaruhkan nyawa, membuatmu menghunus pedang dan menuju ke medan perang.
Patani memang membutuhkan pejuang sepertimu. Kerajaan Melayu Patani, di abad ke-14, tumbuh menjadi pusat kecemerlangan Islam di wilayah Nusantara. Seiring dengan pengislaman Raja Patani Phya Tu Antara (kemudian mengganti nama menjadi Sultan Ismail Syah Zillullah Dil Alam, sesuai catatan Teeuw & Wyatt) -- pengislaman ini dilakukan ulama dari Pasai, Syekh Said -- banyak ulama besar lahir di Patani. Sebagian di antaranya, seperti Syekh Daud al-Fatani, membuka pengajian di Mekkah dan menjadi sahabatmu di negeri Hijaz.
Tapi, bukankah Allah telah berfirman, ''Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka.'' (QS Al Baqarah [2]:120). Maka kafir Siam di bawah pimpinan Phraya Chakri menyerang Patani pada 1785. Perang yang berlarut-larut pun pecah. Di saat pertahanan Patani di titik nadir pada 1832, engkau Syekh Abdul Samad al-Falembani, dengan semangat jihad menceburkan diri ke "Perang Sabil". Mesin perang Siam yang melumat Patani, turut merenggut nyawamu. Demi menegakkan marwah Islam, engkau memilih syahid.
Engkau tentu tidak sendirian menjadi syahid. Sejarah yang gementar, tidak sanggup menghitung darah para mujahidin Muslim Patani, menghadapi kebuasan Siam. Puncaknya, ketika Phibul Songkram naik tahta di penghujung 1938, menambah kekelaman sejarah Patani. Dengan kebijakan rasialis, Thai Ratanium (negara Thailand untuk Rakyat Thailand), Phibul cermat menghapus citarasa Melayu sekaligus Islam yang menjadi anutan. Nama penduduk Patani yang khas Islam wajib diganti. Dan adakah penderitaan yang lebih memilukan, ketika Muslim Patani dipaksa untuk menyembah patung?
Adakah penderitaan yang lebih larat, ketika dipaksa menyembah patung dan menyaksikan perbuatan maksiat di sekeliling? Bukankah ajaran Islam yang menyemaikan Muslim Patani, menggolongkan kedua hal itu, sebagai dosa besar? Maka jangan tergopoh-gopoh menyematkan stempel radikalisme, bila Muslim Patani hingga di hari-hari ini, masih menghunus pisau dan pedang. Bukankah engkau, wahai Syekh Abdul Samad al-Falembani, yang mengajarkan lebih baik syahid daripada menyaksikan marwah Islam dinodai.
Tapi, wahai Syekh yang memelihara semangat jihad hingga di usia senja, mengapa umat Islam di kekinian enggan mengikuti jejakmu?
Maka, wahai Syekh Abdul Samad al-Falembani maupun pejuang Muslim Patani, adakah kematianmu sia-sia? Sungguh, engkau sekalian menjadi pejuang sunyi, terasing dari perhatian saudara seiman di negeri lain (betapa hatiku pun tersayat ketika sahabat-sahabat kurang memperdulikan). Maka, engkau sekalian menjadi pejuang yang lemah, karena saudara seiman tidak memperhatikan, bahkan, tidak mengetahui riwayatmu; Kerajaan Melayu Islam yang bermarwah di Nusantara, suatu ironi yang bahkan tak mendapat ruang besar dalam catatan sejarah.
Kendati demikian, tiada kesia-siaan terhadapmu, wahai Syekh Abdul Samad al-Falembani maupun syahid Muslim Patani yang tidak bernama. Engkau sekalian telah menunjukkan kepatuhan seorang hamba, ketika Ia memerintahkan memerangi kebatilan di muka bumi, meski nyawa menjadi taruhan (perintah ini terdapat dalam Alquran, antara lain QS Al Baqarah [2]:216, Al Hajj [22]:39, An Nisaa [4]:74-76, Ash Shaff [61]:4, dan At Taubah [9]:130). Bahkan, engkau Syekh Abdul Samad al-Falembani yang tidak memiliki hubungan darah dengan Muslim Patani, telah menunjukkan bagaimana semestinya persatuan Islam, terhadap kami yang berputih mata!
Kami rakyat Patani akan meneruskan jalan jihad ini demi menegak “baldaton toyibaton warabbon ghafur”, insya Allah Patani teteap merdeka.
1. Zahratul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid, 1178 H/1764 M.
2. Risalah Pada Menyatakan Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah, 1179 H/1765 M.
3. Hidayatus Salikin fi Suluki MaslakilMuttaqin, 1192 H/1778 M.
4. Siyarus Salikin ila ‘Ibadati Rabbil 'Alamin, 1194 H/1780 M-1203 H/1788 M.
5. Al-'Urwatul Wutsqa wa Silsiltu Waliyil Atqa.
6. Ratib Sheikh 'Abdus Shamad al-Falimbani.
7. Nashihatul Muslimina wa Tazkiratul Mu’minina fi Fadhailil Jihadi wa
Karaamatil Mujtahidina fi Sabilillah.
ijin share
BalasHapusSilakan..
Hapusizin share juga
BalasHapus