Right Of Self Determination:
“hak anda untuk menentukan nasib sendiri atas wilayah yang kini di duduki asing. Alasan anda benar. Keinginan anda pasti terwujud. Insya Allah’’
Bangsa Thai-Siam senantiasa dengan tipu dayanya mencoba memerangi Umat Melayu di Patani dengan berbagai kemaupuan yang mereka miliki, baik secara halus dan tersembunyi maupun secara kasar dan terang-terangan”.“Pembantaian demi pembantaian terhadap umat Melayu di Thailand Selatan bukan cerita baru, inilah demdam kesumat bangsa kolonialisme Thai-Siam Budha yang tidak pernah pudar terhadap Umat Muslim yang berbangsa Melayu di Patani, Thailand Selatan”.Banyak yang tidak mengira, bangsa colonial Thai-Siam memendam kebencian yang luar biasa terhadap umat Melayu Patani. “telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi…” (ali-imran: 188).
Di hati mereka sudah tertanam kebencian. Artinya, mereka sudah
punya target, umat Melayu Patani harus dimusnahkan dari bumi ‘serambi Mekah’
atau Patani Darussalam. Jadi, pembataian itu target mereka. Sedang-kan target
terakhirnya adalah meng-siamkan umat Melayu Patani dari berbagai sudut kehidupan,
dari sudut budaya, bahasa maupun sudut agama yang mereka anuti.
Selama menjalankan kolonisasi, Kerajaan Thailand memberi hak-hak
istimewa kepada masyarakat Budha yang didiami di bahgian selatan Negara itu.
Buah perilaku kerajaan Thai itu tetap terasa ketika Bangsa Melayu di bawah
penjajah Siam. Seluruh masyarakat Melayu Patani tidak mendapat keistimewaan di
kediaman-nya, padahal mereka adalah penduduk asli. Yang pasti membalurkan warna
suram bagi masa depan masyarakat Melayu Patani. Belum lagi kerugian immatiriil
berupa rasa sakit hati yang sangat dalam menusuk perasaan yang entah dengan
cara apa dapat dihapuskan.
Kini berkembang menjadi “bakar, bunuh Melayu.” Sampai disini
adalah cukup beralasan bila disebut ini sebagai ‘moslem cleansing’, pembersihan Comunity Melayu. Selain rumah-rumah mereka dikepong, jiwa mereka pun
diancam bunuh. Yang lebih mengagetkan lagi adalah upaya transmigrasi oleh
Pemerintah Thailand yang ingin mentransmigrasikan sebagaian besar masyarakat
Budha Siam dari Utara ke Selatan.
Thailand Selatan sebagai daerah yang subur, Patani dijuluki
“emas hijau” yang akan mengundang kedatangan kaum imigran Budha dari Utara
Thailand ke Selatan sejak berabad lalu. Kerajaan membagun desa untuk kaum
imigran Budha dengan sebuah nama "Nikom" terdiri di beberapa daerah
bahgian propinsi Selatan.
Pengawai kerajaan menjelaskan kepada pers bahwa awal kerusuhan hanya
sebahgain kecil golongan yang tidak pendidikan. Sanggahan dari masyarakat
Melayu Patani sudah dilakukan sehubungan dengan perantaan Pengawai kerajaan
tersebut. Akan tetapi, mulut pengawai atasan jelas jauh lebih besar
dibandingkan mulut-mulut kecil warga minority Melayu yang biasa bagi pers yang menjadi
penyebar utama omongan pengawai itu. Anehnya salah seorang Pemerintah Kerajaan
Thailand juga menganggap krisis di Thailand Selatan sebagai perang kemiskinan,
narkotik, narkoba, mafia” Ini omong kosong.
Ada yang berpendapat bahwa Konflik PATANI Selatan Thailand adalah
murni SARA, ada juga yang berpendapat kerena pertarungan antar Pemerintah
Kolonial Thailand dengan sebuah gerakan ‘Barisan Revolusi’ Patani yang sedang
berjalan, bahkan ada yang mengaitkannya dengan isu mesianisme (ajaran Budhis
Siam-Thai untuk “membersihkan” wilayah – wilayah Melayu di Thailand Selatan
yang akan menjadi tempat kehadiran Thailandisasi dan Siamisasi).
Ini merupakan koflik horizontal antara muslim dan Budhis – Melayu
Patani dan Siam Thailand. Sehingga koflik horizontal murni antara kedua-duanya
ini akhirnya di bawah benar-benar perang.
Adapun tentang pemahaman dokrin itu (mesianisme), bisa jadi seperti
itu. Isu mesianisme bisa juga. Justru menambah pemahanan akidah yang siap mati
bagi Pejuang Pembebasan Melayu Patani. Dan, Patani ini kalau kita perhatikan,
mempunyai potensi konflik ideology sudah dalam , sudah lama, yaitu sejak
kejatuhan Kerajaan Patani di bawah penjajah Siam (Thailand) pada tahun 1785.
(Tragedi Kresik,
Tragedi Tak Bai, Tragedi Tanjung Lima, Tragedi Air Temapayan, dan beberapa
tragedy dan peristiwa kejadian lain lagi). . Kalau sampai saat ini,
efektivity-nya belum tampak riil walaupun sedikit sudah dirasakan oleh
Masyarakat Melayu Patani. Memang arah menuju perbaikan memang ada, tetapi ini
akan menyelesaikan masalah apabila tidak di berengi dengan unsure-unsur yang
lain. Itu baru sisi masalah keamanan. Dan, keamanan sendiri belum bisa menjamin
sepenuhnya kerena umat Melayu di bahgian Selatan Thailand sendiri masih merasa
tidak aman. Sementara, kepercayaan kepada aparat telah pudar, kerena track
record pertama itu pihak parat justru membantai keatas warga minority yang beretnis Melayu
Jadi, Memang Ada Koflik Ideologi.
Konflik di Patani Selatan Thailand jelas SARA, tidak perlu dengan istilah-istilah lain seperti “perang kemiskinan” agar tidak menyebar luas. Mengapa harus menutup nutupi barang busuk. Kerajaan Thailand memang pandai dalam mengarah ‘cover” dengan istilah-istilah pemanis, tapi lama kelamaan terbongkar juga borok-boroknya. Dulu, Thailand dikenal sebagai Negara yang paling tinggi tingkat heterogenity-nya yang terkenal ‘the land of smile’ walaupun berbagai suku dan agama, sehingga mendapat penghargaan dari luar negara.
Tentu saja, Masyarakat Melayu Patani yang sebagian besar beretnis Melayu
mempertanyakan, mengapa Konflik di Patani yang memakan korban jiwa cukup besar
tidak “dilirik” oleh kerajaan Bangkok?
Sebaliknya, mereka (masyarakat Melayu Patani) juga mempertanyakan,
mengapa jika seorang atau dua orang yang beragama Budha terbunuh di bahgian propinsi Selatan, Patani, Yala, Narathiwat dan sebagian propinsi Songkla, kerajaan sangat cepat bertindak tanpa harus didorong oleh pihak lain. Bahkan,
kalau perlu, kerajaan membentuk tim pencari fakta untuk menuntaskan kasus
tersebut.
Kalau dilihat dari pelanggaran hak asasi manusia, tragedy
pembantaian orang Melayu di propinsi Selatan jauh lebih tragis
dibandingkan dengan orang Budha. Jumlah korban terbunuh di bahgian Selatan
mangsa adalah orang Melayu jauh lebih banyak.
Maka di sini tidak aneh lagi sekira seorang Ustaz sekolah Agama di tembak tewas maka akan disusul pula seorang guru Budha yang tewas,
seorang Pak Kiayi (Ulama) di tembak tewas maka disusul pula seorang Biksu,
seorang masyarakat sipil Melayu di tembak tewas maka akan terus pula
seorang sipil Budha tertewas. Ini telah terjadi percaturan konflik yang sedang
berlanjutan di sini.
Sikap tidak puas terhadap peran komnas HAM Thailand dan ini merasa bingung mengapa harusya menang ‘diam’. Padahal kasus Pembantaian, Pembunuhan, Mangsa Keganasan, Pemerkosaan, Mangsa di Penjara, Mangsa Tewas di Tembak, Mangsa di Hilangkan menunjuk angka yang begitu besar. Jumlah korban begitu banyak. Hanya begitu terpukul dengan kasus-kasusu yang terjadi di Selatan nagara Thai ini, tetapi kenapa tidak ada reaksi yang begitu keras terhadap kasus- kasus semua ini.
Bahwa Komnas HAM Thailand tidak acuh terhadap konflik di Thailand
Selatan. Komnas HAM Thailand sudah mengirim orang ke Selatan dan berusaha
mendorong untuk menyelesaikan. Komnas HAM tidak perlu melakukan duplikasi
pekerjaan. Sebab, kalau datang kesana (Thailand Selatan) hanya untuk meninjau,
hanya dilihat sebagai peninjau amatir. Hanya untuk mengumpulkan data kemudian
kembali ke Bangkok. Lalu, apalagi yang diharapkan???
Peristiwa dan kejadian yang berlaku ini tidak hanya membuat
kita sangat prihatin, tapi juga sekaligus memperkeruh persoalan konflik
yang berkepanjangan dan memperpanjang pertanyaan masyarakat Malayu di Selatan
Thai: Apa yang sesungguhnya dilakukan aparat keamanan dan sejauh mana tangung
jawap yang bisa menjamin kehidupan umat Melayu Patani disini?
Apa yang terjadi di Patani Selatan Thailand tidak dapat dianggap
sederhana dan local, kerena dampaknya pasti sangat serius. Kerusuhan di Patani
bukan lagi angka-angka tentang berapa jumlah manusia yang tewas, berapa rumah
ibadah ditembak. Kerusuhan tentangan antar Etnis Melayu Vs Siam, dan Islam Vs
Badha yang sedang terus berjalan di ‘the land of smile’ Gajah Putih’ini...!!!
sama ja di indonesia, transmigrasi suku jawa yang mayoritas muslim ke daerah yang mayoritas kristen atau agama lain. Apa bedanya indonesia sama thailand?
BalasHapus