Penasehat Militer Senior Thailand Memperingatkan pemerintah akan kalah perang melawan Pejuang Kemerdekaan Patani jika dalam 10 tahun mendatang tak bisa menemukan solusi damai.
“Kebijakan BRN- Coordinate adalah menyedar, membina dan mencetak massa semagat Nasionalis yang anti kolonialis Siam dengan terorganisir rapi dan matang.”
Seorang penasehat militer senior
Thailand memperingatkan pemerintah akan kalah perang melawan pemberontak, jika
dalam 10 tahun mendatang tak juga bisa menemukan solusi damai di wilayah
selatan yang bergejolak.
Chaiyong Maneerungsakul anggota
Administrasi dan Pengembangan Dewan Penasehat Provinsi Perbatasan Selatan
Administrasi Pusat (SBPAC), menyebut pemberontakan di tiga provinsi perbatasan
selatan Pattani, Yala dan Narathiwat intensitasnya terus meningkat setelah
berada dibawah komando Barisan Revolusi Nasional -Coordinate (BRN-Coordinate).
Menurutnya hampir separuh rakyat di
daerah operasi itu merupakan warga netral. Sementara separuh lainnya terbagi
antara pro pemerintah dan pro kemerdekaan Patani “Namun gerakan Pejuang
Pembebasan Patani mengambil kendali dari kelompok orang dan membuat
mereka percaya pemerintah tidak dapat memecahkan masalah,” katanya.
Dengan taktik gerilya, gerilyawan
akan beroperasi di bawah arah untuk menghancurkan apapun milik negara, baik itu
kereta atau pos kekuasaan. Mereka melakukan penyergapan dan serangan dengan
segala macam bom.
Sementara struktur BRN-Coordinate
yang masih sama sekali gelap, rinciannya bahkan tidak diketahui oleh
kader-kadernya.
Dalam sekitar 10 tahun, jika perang
gerilya masih tetap kuat, pemerintah akan menjadi pecundang karena orang di
daerah yang bermasalah tidak akan lagi mentolerir penderitaan dan akhirnya
mendesak pemerintah untuk mengakui kekalahan.
“Penganut buddha Thailand di wilayah
itu telah dipindahkan, termasuk banyak Muslim Thailand telah mengambil tindakan
yang sama,” kata Chaiyong.
Di tiga provinsi itu BRN-Coordinate
juga telah ditunjuk pemerintah bayangan seperti kepala desa, tambons, kabupaten
dan kepala provinsi.
Lebih dari 5.000 orang telah tewas
dan sekitar 9.000 cedera di tiga propinsi perbatasan sejak gerilyawan
Kemerdekan Patani memulai lagi aksi kekerasan di Januari 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar