"KAA 60 tahun yang lalu, negera-negara yang mengikuti KAA bebas dari penjajahan. Seharusnya melalui KAA ini, Patani juga bisa bebas dari penjajahan"
Mahasiswa asal Patani berorasi dalam kegiatan mimbar bebas di Bandung. Foto. Fauzan |
Sejumlah mahasiswa asal Patani, Thailand yang berkuliah di Bandung meminta para pemimpin dunia delegasi 60 Tahun Asia Afrika membahas masalah pelanggaran HAM di Patani. Hal itu karena sistem militerisme di Patani membuat kehidupan rakyat di sana susah.
Mahasiswa asal Patani di Bandung mencatara, berdasarkan Statistik data yang di kumpul oleh Deepsouth Wahct jumlah korban konflik selama11 tahun dari 2004 sehinga akhir 2014 jumlah mangsa mencapai 17,652 jiwa, terbagi 6,286 jiwa tewas dan 11,366 jiwa cedera
“Saat ini di Patani keadaan yang sudah semakin parah oleh karena sistem miiterisme yang masih berlaku di sana. Masyarakat tidak bisa berkumpul dan memperjuangkan haknya,” kata Mukhlis, mahasiswa asal Patani yang berkuliah di UIN Bandung.
Menurut Mukhlis, dalam momentum Asia Afrika ini, ia meminta para pemimpin Asia Afrika membicarakan pelanggaran HAM di Patani. “Patani membutuhkan Asia Afrika,” kata Mukhlis yang mengambil jurusan Syariah ini.
Sementara itu, Djunaidi yang juga mahasiswa UIN Bandung asal Patani mengungkapkan, perlakuan Thailand terhadap rakyat Pattani sudah seperti wilayah jajahan. Semua hasil bumi di Patani diatur oleh Thailand. Begitupunn soal politik dan ekonomi.
“Sedih kami merasa dijajah,” ungkap Djunaidi.
Ia menuturkan, KAA 60 tahun yang lalu, negera-negara yang mengikuti KAA bebas dari penjajahan. Seharusnya melalui KAA ini, Patani juga bisa bebas dari penjajahan.
“Saya berharap KAA 2015 juga membicarakan kemerdekaan Patani,” ungkap Djunaidi.
By ahmad fauzan on April 21, 2015
Sumber dari: http://kabarkampus.com/,
Baca lanjut di: Konflik Thailand Selatan Perlu Bahas Dalam Konferensi Asia-Afrika 2015, http://dangerofpatani.blogspot.com/2015/04/konflik-thailand-selatan-perlu-bahas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar