Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Jumat, April 05, 2013

Indoneisa Harap Thailand Beriteduh Warga Melayu Selatan

Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin 
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin berharap Pemerintah Thailand dapat memberikan suasana teduh bagi warga Thailand Selatan dengan cara tidak menonjolkan kekuatan militer yang bisa menyebabkan warga setempat merasa tercekam.

"Berilah suasana keteduhan dan lakukan pendekatan dialog," kata Sjafrie ketika dimintai pendapatnya seusai memberikan paparan di hadapan Pusat Pemerintahan Provinsi Perbatasan Thailand Selatan (The Southern Border Province Administative Center of The Kingdom of Thailand/SBPAC) yang berkunjung ke kantor Kementerian Agama, di Jakarta, Jumat.

Delegasi SBPAC berada di Indonesia selama 4-7 April 2013 selain bermaksud bersilaturahmi, juga mencari informasi tentang kehidupan agama dan kerukunan agama, dan mencari solusi atas konflik di Thailand Selatan.

Delegasi dipimpin sekretaris SBPAC Kol.Pol Tawee Sodsong dengan jumlah peserta 43 orang, yang berasal dari kalangan ulama, pimpinan majelis agama Buddha dan tokoh masyarakat dari daerah itu.

Menteri Pertahanan Sjafrie menjelaskan, kondisi di Thailand berbeda dengan di Indonesia. Tentara di sana lahir tidak seperti Indonesia, yang lahir dari rakyat dan tumbuh bersama rakyat. Karena itu, dalam pendekatannya pun harus berbeda untuk menyelesaikan konfliknya.

Indonesia dengan keanekaragaman budayanya memiliki beberapa kesamaan dengan Thailand Selatan, karena itu melalui kerja sama sosial-ekonomi dan budaya bisa mendorong proses percepatan di wilayah itu, kata Tawee Sodsong kepada pers di Jakarta, Jumat (05/04), seusai pertemuan delegasi SBPAC dengan jajaran Kementerian Agama. Pada pertemuan itu Menag didampingi beberapa pejabat eselon I dan pertemuan itu sendiri berlangsung dalam suasana akrab.

Sjafrie Sjamsoeddin dalam pesannya kepada delegasi tersebut berharap Pemerintah Thailand dapat memberikan suasana teduh bagi warga Thailand Selatan dengan cara tidak menonjolkan kekuatan militer yang bisa menyebabkan warga setempat merasa tercekam. “Berilah suasana keteduhan dan lakukan pendekatan dialog,” kata Sjafrie.

Menurut Tawee Sodsong, di wilayah Thailand Selatan diakui masih ada pasukan militer. Tetapi hal itu tidak sampai membuat masyarakat setempat terlalu khwatir. Namun ia merasa yakin bahwa hal itu tak akan lama dan proses perdamaian yang tengah berjalan akan membuahkan hasil. Proses perdamaian yang akan terwujud tentu akan menggunakan pendekatan dialog. Dan Indonesia, melalui Menteri Agama, menurut dia, melalui kerja sama pendidikan, agama dan sosial ekonomi tentu akan mempercepat proses perdamaian di wilayah itu.

Menteri Agama Suryadharma Ali, dalam petemuan dengan delegasi SBPAC itu menanggapi beberapa keinginan yang disampaikan beberapa peserta. Di antaranya keinginan Thailand Selatan masuk dalam forum Majelis Agama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Singapura (MABIMS). “Keinginan itu akan kita perjuangkan. Tentu setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Thailand,” kata Suryadharma Ali.

Soal pendirian museum Al-Quran, Menag mendapat laporan dari Hazamee Alseh, pimpinan pondok Samanmitivttaya bahwa di wilayah itu banyak Al Quran tulisan tangan berusia 200 hingga 600 tahun. Agar Al-Quran tersebut tidak rusak, maka perlu dibuatkan museum. “Tolong dimasukkan dalam rencana ke depan,” pinta Menag Suryadharma Ali kepada Hazamee Alseh. (ant/ess)
Ketika Thailand meminta dukungan untuk menyelesaikan konflik di Thailand Selatan, pemerintah Indonesia memberi kontribusi positif. Hubungan bilateral Indonesia-Thailand hingga kini cukup baik.

Dan terkait dengan konflik di Thailand Selatan itu, ia menyambut gembira permintaan pimpinan Komite Pattani Islami, Waedueramae Maminchi atau Hj. Abdulrahman Daud agar pemerintah Indonesia ikut memainkan perannya untuk mengatasi konflik di negeri itu dengan pendekatan dialog seperti yang dilakukan di Aceh.

Menurut Sjafrie, ada hal yang perlu diperhatikan di Thailand Selatan. Yaitu kehadiran enam faksi. Faksi yang ada itu belum memiliki kesamaan perjuangan, bahkan ada faksi yang antipemerintah. Faksi-faksi itu harus disatukan dahulu dengan persepsi yang sama. Memang hal ini tidak mudah, tetapi untuk menuju damai di daerah itu perlu adanya satu kesadaran pentingnya perdamaian.

Dasar-dasar hubungan Indonesia - Thailand kuat sudah dimiliki oleh kedua negara. Karena itu, melalui forum itu pula bisa dilakukan tukar informasi untuk memecahkan masalah serta saling memberi kelebihan yang dimiliki.

1 komentar:

  1. Tawee bercakap dusta. Siapa bilang rakyat tidak kuatir.Siam menghantar tenteranya seramai 60 000 untuk apa?Siang malam menganggu dan rosakkan kehidupan rakyat Patani.

    BalasHapus