Beberapa ledakan bom terkoordinasi mengguncang kota Yala yang dihuni etnis Melayu di Thailand Selatan pada hari Ahad, (06/04), disusuli esok hari (07/04) mengingatkan pemerintah pusat Thailand bahwa pertempuran selama satu dekade ini masih terus berlanjut.
Sebuah bom mobil ledakan dahsyat mengguncang wilayah Yala, serangan yang terjadi di siang hari bolong, sebagaimana dilansir oleh Bangkok Post.
Bahan peledak yang ditanam di dalam sebuah truk pickup yang diparkir meledak di wilayah toko perabotan di jalan raya Siroros, 200 meter dari persimpangan Coliseum di daerah yang ramai di kota Yala, Col Pramote Prom-in, juru bicara komando depan dari Operasi Keamanan Dalam Negeri (ISOC), mengatakan tak lama setelah serangan itu.
Sejumlah rumah dan bangunan komersial hancur. Beberapa ruko yang berada di dekat lokasi ledakan terbakar dan banyak mobil dan sepeda motor yang diparkir rusak akibat ledakan dahsyat tersebut.
Kol Pramote mengatakan bahwa ledakan bom mobil pertama terjadi sekitar pukul 03:50.
Tak lama setelah itu polis setempat, tim penjinak bom dan pemadam kebakaran dipanggil ke tempat kejadian. Sekitar 10 menit kemudian, tiga bom meledak secara bersamaan di pasar Muang Mai di Soi Yim Chinda.
Mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk membantu memadamkan api.
Col Pramote mengatakan bahwa penyelidikan awal polis menemukan truk pickup yang penuh dengan sebuah bom yang diyakini telah dicuri dari pebisnis budidaya udang di Songkhla bulan lalu. Dia mengatakan bahwa petugas penjinak bom belum memverifikasi apa jenis bahan peledak yang digunakan dalam empat bom tersebut.
“Serangan-serangan ini telah berulang kali terjadi selama dua tahun terakhir sejak bom mobil pertama terjadi di Yala pada tanggal 31 Maret 2012, kata Kolonel Pramote.
“Para pelaku pemboman tersebut ingin menghancurkan daerah komersial di Yala.”
Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, Selasa (8/4), menyatakan khawatir atas situasi di provinsi-provinsi selatan setelah serangan bom di delapan lokasi di Yala dua hari berturut-turut, menewaskan satu orang dan melukai 30 lainnya. Yingluck, sebagai menteri pertahanan sementara, mengatakan ia telah menginstruksikan kepala angkatan bersenjata untuk mencari langkah-langkah guna melindungi zona ekonomi.
Dia mengatakan kepada instansi terkait untuk segera membantu mereka yang terkena dampak pemboman Yala.
Wakil Perdana Menteri sementara Pracha Promnok ditugaskan untuk mengunjungi provinsi-provinsi selatan segera untuk memeriksa situasi.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Thailand Yuthasak Sasiprapha ditugaskan untuk mengunjungi Yala segera guna menindaklanjuti situasi di sana. Jenderal Yuthasak mengatakan bahwa ia percaya serangan-serangan oleh kelompok gerilyawan di Yala bertujuan untuk menantang tentara setelah dilakukan perombakan komandan.
Dalam perombakan militer pertengahan tahun, Letjen Walit Rojanapakdi, komandan pertama kesatuan militer, diangkat menjadi komandan Angkatan Darat Region 4th, menggantikan Letjen Sakol Chuentrakul.
Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Paradorn Pattanatabut mengatakan gerilyawan biasanya mengintensifkan serangan mereka selama April sebagai serangan simbolik untuk menarik perhatian bertepatan dengan ulang tahun insiden Masjid Krue Se.
Sejak bangsa Siam (nama Thailand) menyerbu Kesultanan Melayu Patani menyusul perjanjian Anglo-Siam pada tahun 1909 wilayah selatan Thailand masih bergejolak hingga kini. Tiga provinsi selatan mencakup Yala, Patani dan Narathiwat yang dihuni oleh Melayu menolak bersatu dengan wilayah Thailand.
Perlawanan sipil berubah menjadi perang pada 2004 ketika geriliyawan kemerdekaan Melayu Patani terceteus obor revolusi mencoba kempen besar-besaran kebebasan Melayu Patani dari pemerintah colonial Siam-Thailand.
Sejak konflik dimulai kembali pada tahun 2004, sekitar 6.000 orang tewas, akibat konflik ‘Bangsa’ itu, sementara 10.700 lainnya terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar