Kendati sudah menempati wilayah itu berabad-abad, mereka tetap mendapat perlakuan tidak adil dari pemerintah kolonial pusat Bangkok. kutipan: ''Pemerintah tidak harus memaksakan kebijakan yang berlaku untuk kelompok minority lainnya dapat diterima oleh warga Melayu di Thailand Selatan. Mereka mempunyai sejarah khusus dan merupakan majority di sana.'' Chayan Vaddhaphuti, antropolog Universitas Chiang Mai
"Untuk itu harus kembali kepada karakter masyarakat Thailand yang lentur untuk mengakomodasi perbedaan sosial dan budaya tersebut," kata Chaiwat Sath-Anand, direktur Pusat Informasi Perdamaian di Universitas Thammasat di Bangkok.
Seorang tokoh antropologi Thailand memberikan bukti bahwa pejabat pemerintah dan para birokrat punya andil dalam membuat kegelisahan warga Melayu di negara itu yang menyinggung kepekaan budaya dan agamanya. kata Chayan Vaddhanaphuti, antropolog dari Universitas Chiang Mai di Utara Thailand.
Menurutnya, Pemerintah tidak harus memaksakan kebijakan yang berlaku untuk kelompok minority lainnya dapat diterima oleh warga Melayu di Selatan Thailand sehubungan sejarah khusus mereka dan sebagai majority di provinsi bagian Selatan. "Mereka kurang mengembangkan toleransi dalam soal ini," ujarnya.
Meski warga bangsa Melayu merupakan minority di Thailand, yaitu enam juta dari seluruh penduduk Thailand yang berjumlah 63 juta, mereka bukan berasal dari 'Etnik' yang sama. Hubungan 'Sejarah' mereka dengan Thailand dan lokasi mereka di negara itu juga berbeda. Kelompok terkecil di antara mereka yang berada di Thailand berasal dari India, Cina Selatan, dan Timur Tengah dan berpusat di Bangkok dan Chiang Mai di Utara.
Pemerintah Thailand harus memutuskan tiang utama konflik mengenai Bangsa Melayu dalam hal permusuhan dan peperangan untuk suatu kebebasan dimana warga Melayu diterima sebagai warga dengan identity budaya dan bangsa berbeda yang ingin Hidup Damai dengan penuh Kedamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar