Pihak berwenang di wilayah selatan telah diperintahkan untuk waspada penuh
menghadapi kemungkinan kekerasan ketika ulang tahun kedelapan dari pembantaian
Tak Bai di provinsi Narathiwat, di mana setidaknya 85 Muslim tewas dibantai
tentara Thailand, semakin dekat, seorang wakil perdana menteri mengatakan Kamis
(17/10/2012).
Yuthasak Sasiprapa mengatakan keamanan akan diperketat untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan.
Jenderal Yuthasak mengklaim bahwa ada pihak yang mendistorsi fakta-fakta tentang situasi di pedalaman selatan melalui sebuah situs internet yang terdaftar di negara tetangga Malaysia, menambahnya Kementerian Luar Negeri dan Biro Intelijen Nasional akan bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut.
Yuthasak Sasiprapa mengatakan keamanan akan diperketat untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan.
Jenderal Yuthasak mengklaim bahwa ada pihak yang mendistorsi fakta-fakta tentang situasi di pedalaman selatan melalui sebuah situs internet yang terdaftar di negara tetangga Malaysia, menambahnya Kementerian Luar Negeri dan Biro Intelijen Nasional akan bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut.
Wakil perdana menteri itu mengatakan Dewan Keamanan Nasional telah hampir
menyimpulkan struktur revisi untuk Pusat Operasi Resolusi Selatan untuk
diserahkan kepada perdana menteri untuk persetujuan akhir.
Pembantaian Tak Bai
Peristiwa Tak Bai sendiri adalah salah satu insiden pembantaian umat Muslim
di wilayah selatan Thailand
yang paling terkenal pada awal
2004.
Peristiwa ini terjadi pada 25 Oktober 2004 bersamaan saat bulan puasa Romadhon, bermula di desa kecil (Tak Bai) ketika 6 orang warga Muslim lokal termasuk diantaranya empat orang ustadz ditangkap secara ilegal oleh pihak keamanan Thailand.
Sekitar 2.000-3.000 Muslim di Tak Bai melakukan aksi demonstrasi di depan kantor polis setempat menuntut keadilan dan pembebasan keenam orang yang ditangkap. Awalnya, petugas keamanan yang terdiri atas polis dan tentara mencoba membubarkan para demonstran yang terus berteriak-teriak. Namun, bukannya membubarkan diri. Malah, jumlah para demonstran semakin bertambah banyak.
Aparat keamanan yang hilang kesabaran mulai menembaki para demonstran dengan gas air mata, senjata api, dan meriam air. Militer Thailand kemudian menangkapi ratusan demonstran dan memasukkannya ke dalam truk-truk yang sudah disiapkan untuk dibawa ke kamp militer Inkayuth Bariharn, Patani.
Peristiwa ini terjadi pada 25 Oktober 2004 bersamaan saat bulan puasa Romadhon, bermula di desa kecil (Tak Bai) ketika 6 orang warga Muslim lokal termasuk diantaranya empat orang ustadz ditangkap secara ilegal oleh pihak keamanan Thailand.
Sekitar 2.000-3.000 Muslim di Tak Bai melakukan aksi demonstrasi di depan kantor polis setempat menuntut keadilan dan pembebasan keenam orang yang ditangkap. Awalnya, petugas keamanan yang terdiri atas polis dan tentara mencoba membubarkan para demonstran yang terus berteriak-teriak. Namun, bukannya membubarkan diri. Malah, jumlah para demonstran semakin bertambah banyak.
Aparat keamanan yang hilang kesabaran mulai menembaki para demonstran dengan gas air mata, senjata api, dan meriam air. Militer Thailand kemudian menangkapi ratusan demonstran dan memasukkannya ke dalam truk-truk yang sudah disiapkan untuk dibawa ke kamp militer Inkayuth Bariharn, Patani.
Ratusan tawanan yang
terikat dan dalam kondisi berpuasa tersebut ditumpuk kedalam truk setinggi lima lapis, sehingga
menyebabkan 85 orang mati lemas dan patah tulang leher selama dalam perjalanan
menuju Markas Komando Militer IV Wilayah Selatan yang berjarak 5,5 jam dari
lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar