BAB IV
KESIMPULAN
Masyarakat Melayu Patani
secara histories, etnis Melayu di Thailand Selatan pada mulanya merupakan
sebuah kerajaan tersendiri, yaitu dikenal sebagai kerajaan Patani Darussalam
atau Patani Raya. Negeri Patani merupakan sebuah negeri yang sangat subur dan
makmur. Di masa kejayaannya, negeri Patani adalah pusat perdagangan
internasional yang strategis untuk jalur perdagangan, di mana pedagangan dari
Arab, India dan Cina harus melewati jalur tersebut, karena jalur perdagangan
itu adalah satu-satunya jalur perdagangan di Patani Timur Semenanjung tanah
Melayu yang menghubungkan dengan neger-negeri lain.
Negeri Patani juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan
Melayu Semenanjung yang sangat memainkan peranan penting pada abad-abad
selanjutnya dengan bukti-bukti yang telah banyak ditemukan di negeri Patani
itu. Peradaban dan kebudayaan Melayu dengan Arab sangat erat kaitannya, karena
seperti prasasti, alat-alat teknologi, seni bangunan, seperti istana, masjid
dengan arsitektur yang megah dan yang amat penting perkembangan agama Islam
sangat maju pesat di bumi negeri Patani, hal ini didukung oleh Raja Patani
Sultan Ismail Syah yang sadar akan agama Islam serta yang paling penting adalah
rakyat Patani yang sangat tertarik, sadar dan semangat untuk memeluk agama Islam, sehingga
masyarakat Melayu Patani identik dengan agama Islam artinya masyarakat Melayu
adalah masyarakat Islam Patani.
Namun masa kejayaan Patani berakhir pada abad ke-18,
setelah negeri Patani runtuh dan mengalami kekalahan dengan kerajaan Thai,
negeri Patani pada tahun 1785, menjadi wilayah integrasi di Selatan Thailand.
Semenjak itu banyak konflik yang terjadi antara rakyat Patani dengan pemerintah
Thai. Konflik-konflik tersebut disebabkan karena, Pertama, adanya
perbedaan agama, tradisi dan nasionalisme yang sangat jauh berbeda dengan
keadaan masyarakat Melayu Patani, yaitu agama berbangsa ke-Melayuan, tradisi,
kebudayaan dan nasionalisme telah melekat erat dalam hati rakyat Patani sehingga
sulit dan sangat bertentangan sekali dengan kebudayaan dan nasionalisme Thai
yang beragama Budha. Selain itu juga menyangkut kesejahteraan antara minority
Melahyu Patani dengan majority Thai Budhis yang sangat tidak adil dan selalu
menganaktirikan yang minority, khususnya Melayu Patani. dan yang kedua,
adanya kebijaksanaan pemerintah Thai yang mendiskriminasikan masyarakat Melayu
Patani di Thailand Selatan baik di bidang Ekonomi, Politik, Hukum maupun di
bidang Sosial Budaya.
Tengah-tengah masyarakat Patani sedang mengalami
kekonflikan dengan pemerintah Thai, maka dianugrah oleh Ilahi seorang tokoh
yang bernama Haji Sulong. Haji
Sulong adalah seorang tokoh ulama Patani yang memimpin masyarakat Patani dalam
menghadapi dasar kebudayaan Thai Rathaniyum yang diciptakan oleh Perdana
Menteri Phibul Songgram, sehingga Haji Sulong terkenal, Haji Sulong dianggap
sebagai Bapak Perjuangan Patani. Beliau adalah termasuk golongan ulama yang
terlibat dalam politik dan menentang keras terhadap campur tangan pemerintah
Thai dalam urusan agama.
Sebelum
Haji Sulong terlibat dalam masalah politik di negaranya, beliau adalah seorang
guru pengajar dengan mendirikan sebuah Madrasah Al-Maarif al-Wathoniyah dan
sebagai seorang ulama dalam ilmu tafsir dan ilmu Ushuluddin. Namun tidak
berjalan lama, Madrasah yang didirikan oleh Haji Sulong tersebut kemudian
ditutup oleh pemerintah Thai karena menduga dan berbahaya dan mempunyai maksud
untuk mempersiapkan sebuah pemberontakan terhadap pemerintah Thai. Akhirnya
selain beliau melaksanakan dakwah Islam juga terlibat dalam masalah politik.
Dakwah
Islam Haji Sulong mengikuti irama politik pemerintah Thai. Ketika pemerintah
Thai bersikap lunak, toleran dan terbuka, hal ini dibuktikan langsung dengan
adanya rumusan Tuntutan Tujuh Perkara yang melalui perundingan dan beliau
bertanggung jawab penuh terhadap yang telah dilakukannya. Namun dalam hal
menghadapi pemerintah yang dictator, Haji Sulong juga bias secara ekstrim mengkader
generasi muda Patani untuk bangkit menentang pemerintah Thai. Hal ini telah di
buktikan pada awal karirnya di Patani dengan mendirikan sekolah sebagai basis
kekuatan non komperatif dengan Thai bersama dengan Tengku Mahmud Mahyiddin dan
kawan-kawannya mendirikan beberapa lembaga seperti Ha’iah al-Tanfiziah
al-Ahkam al-Syari’at, Semangat Patani, GAMPAR, dan beliau dengan
kawan-kawannya terlibat langsung didalamnya hingga titik darah penghabisan. Maka beliau dianggap sebagai “Bapak
Perjuangan Kemerdekaan Patani Darussalam”.
Haji Sulong lebih menfokus pada materi Islam sebagai petunjuk ritual. Di sana Haji Sulong dengan tegas mengajarkan Tauhid, sholat dan lain-lain. Ingin menjadikan umat Islam supaya mengamalkan ajaran Islam. Hal tersebut berubah ketika beliau terlibat dalam politik Thai. Orientasinya pada materi dakwah tampak berubah pula, yaitu ingin menjadikan kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan agama di Patani. karena tampaknya Haji Sulong lebih intern berbicara, menulis bahkan menggalang potensi-potensi umat yang dipandang memiliki nuansa politik dan komitmen yang kuat terhadap kepentingan Islam. Tema-tema dakwah yang mendapat perhatiannya adalah masalah politik, pendidikan, social keagamaan dan spiritual yang dipandang sebagai kekuatan yang melemahkan Islam.
Metode politik yang dilakukan oleh Haji Sulong adalah untuk
mempertahankan identity dan kebudayaan Melayu dengan ciri khasnya serta agama
Islam sebagai agama bangsanya sendiri dari penjajah pemerintah Thai dan ini
dikenal dengan Tujuh Tuntutan Haji Sulong. Tujuh pasal ini isinya, bertujuan
untuk mendapatkan sebuah daerah yang memiliki otonomi khusus bagi seluruh
rakyat Patani di Thailand Selatan, dan bukan untuk mendirikan sebuah Negara
yang merdeka, mengingat negeri Patani sudah menjadi sebuah daerah integrasi
Thailand dan untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah Thai sangatlah
sulit.
Haji Sulong
memperjuangkan bangsa Melayu Patani sehingga sampai detik beliau meninggal
dunia. Meninggal beliau itu
sangan luar biasa sehingga menjadi satu peristiwa yang sangat mengerikan bagi
masyarakat Patani. dan setelah meninggalnya Haji Sulong, maka bangkitlah
beberpa organisasi pembebasan Patani. Dari sekian banyaknya organisasi yang
berperan di Masyarakat Patani, namun yang paling dominant diantara organisasi
itu hanya ada 3 organisasi, dan ketiga-tiga organisasi itu selalu di segani dan
selalu dipikirkan oleh pemerintah Thai. Adapun ketiga organisasi itu adalah:
Barisan Revolusi Nasional (BRN), Patani United Leberation Organization (PULO),
Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar