Jenazah Ahmad Somboon Bualuang, 64 tahun, yaitu tokoh perdamaian di Patani yang meninggal dunia selama di Swedia, diharapkan dibawa pulang ke Thailand, pada Rabu (24/09).
Ahmad meninggal dunia ketika dalam perjalanan dengan kereta api dari Kopenhagen, Denmark ke Gothenburg, Swedia, bersama dua orang teman pada 20 September lalu dalam misi mencari kedamaian di Selatan Thailand.
Dia adalah dalam rangka misi ke Jerman dan Swedia atas tugas Direktur Korikolum Konstruksi Kedamaian di bawah King Pipok Institute untuk berbicara dengan perwakilan gerakan Organisasi Pembebasan Patani yang tinggal di sana untuk bergabung proses perundingan yang akan datang.
Ahmad berasal dari Desa Pujud, Pattani, dan merupakan mantan akademisi di Prince of Songkla University-PSU Pattani.
Dia pernah ditunjuk oleh mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra sebagai anggota Komite Bebas untuk Perdamaian mencari solusi konflik di Selatan Thailand.
Sejak terjadi kekerasan di wilayah perbatasan selatan pada 2004, beliau bertungkus lumus mencari solusi damai konflik tersebut dan sering kali ke Eropa dan Indonesia untuk bertemu dengan kelompok Gerakan Pembebasan Patani berdiskusi dalam mencari solusi konflik secara damai.
Ahmad meninggalkan seorang istri Laila Akeb-Urai, 45, dan lima orang anak - Julawang, 39, Nawawi, 33, Nik Amalina, 11, Wan Ismail, 9, dan Was Iskandar, 5 tahun.
Menurut anaknya Nawawi, Ahmad baru saja mengetahui bahwa dia mengidap penyakit jantung dua bulan lalu dan dokter menasihatinya agar banyak beristirahat serta melarang keras melakukan perjalanan jauh.
Sebelum ke Eropa, ia berada lima hari di Brunei dan dijadwalkan pulang dari Eropa hari ini.
"Ayah dah niat bahwa pekerjaan yang dipercayakan harus mencapai keberhasilan karena ketika dia mencapai keberhasilan itu lebih besar manfaatnya bagi rakyat.
Jika dia mati ada orang lain pula yang menghubungkan kerja seperti ini yang jika tidak ada orang memulai maka ia tidak bisa diteruskan, "kata Nawawi menjelaskan sikap ayahnya.
Bagi Ramadon Panjor, Editor Deep South Watch dan juga aktivis perdamaian mengatakan "jika melihat kepada Islam, ini adalah kehendak Tuhan, dia mati dalam perjalanan dengan tugas yang dia cinta, yang dia tekun, dan bertungkus lumus hampir seumur hidup beliau.
Sementara itu, pada 9 September lalu, koran Bangkok Post mengutip Ahmad mengatakan bahwa ia percaya pembicaraan damai yang dilanjutkan mungkin menghasilkan keputusan konkret mengingat Perdana Menteri Jen Prayuth Chan-ocha berkuasa penuh menyelesaikan masalah kekerasan di wilayah Selatan.
Laporan itu mengatakan Ahmad juga meminta Prayuth menunjuk mereka yang benar-benar memahami masalah di wilayah Selatan dan menegosiasikan proses di wilayah yang dilanda konflik untuk duduk dalam panel damai yang baru yang juga berisi orang sipil dan militer.
Menurut laporan itu Ahmad ingin Prayuth mendengarkan pandangan juru bicara Barisan Revolusi Nasional (BRN) yang menentang Jen Akanit Muansawat sebagai kepala delegasi Thailand.
Lihat lanjut di:
AHMADSOMBOON BUALUANG - His Last and Final Journey
( A dedication to a Peace activist , a co-worker, a friend and a brother )
** Note : I received this article from the person who was travelling with him in the last trip oversea. He wants his identity to remain anonymous. I present the article as it is without edit/ alteration.The attached photo was the last just before he boarded the train - Abu Hafez Al-Hakim. at: http://www.deepsouthwatch.org/node/6194,