Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Minggu, Januari 20, 2013

Seminar Nusantara: Islam di Asia Tenggara

Direktur Institut wasatiyyah, Tuan Haji Mohd Yusof Din, mengatakan seminar untuk melahirkan kesepakatan agar mampu berperan dengan sebaik mungkin di negara masing-masing.
Prof Dr Haji Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal Indonesia berkata seminar sangat penting karena dapat digunakan dalam membangun pembangunan negara umat Islam di kalangan para peserta.
Asosiasi Generasi Bestari (Bestari) dengan kerjasama MyKMU.net menyelenggarakan Seminar Nusantara yang bakal mengumpulkan tokoh dan ilmuwan serta pemimpin masyarakat Islam dari negara-negara Asia Tenggara. Ia antara lain bertujuan untuk membentuk kesatuan pemikiran melalui pendekatan bersederhana (wasatiyyah) di kalangan masyarakat Islam.

Seminar yang bertemakan 'Islam di Asia Tenggara: Tantangan dan Harapan "itu diresmikan oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Abdul Razak. Sebanyak 1200 orang dari berbagai masyarakat menghadiri seminar tersebut yang diselenggarakan di Pusat Dagangan Dunia Putra selama 3 hari dimulai pada 18-20 Januari.

Direktur Institut wasatiyyah, Tuan Haji Mohd Yusof Din, melalui pernyataannya mengatakan seminar tersebut diadakan untuk mengumpulkan tokoh ilmuan dan pemimpin masyarakat Islam dari negara-negara Asia Tenggara. Juga untuk melahirkan kesepakatan agar mampu berperan dengan sebaik mungkin di negara masing-masing.

Salah seorang pembicara Prof Dr Haji Ali Mustafa Yaqub yang juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal, Indonesia berkata seminar yang diadakan ini penting karena selain bertukar pandangan juga dapat digunakan dalam membangun pembangunan negara umat Islam di kalangan para peserta.

Beliau yang juga merupakan pakar hadits akan membentangkan satu kerja yang berjudul "Islam di Kepulauan: Pemurnian Pemikiran dan Pembangunan Umat Islam Indonesia"
Selain tokoh ilmuwan lokal, pihak penyelenggara juga mengundang Wakil Rektor, Universitas Islam Yala, Dr. Ahmad Omar Chapakia (Patani, Selatan Thai), Ketua, Barisan Pembebasan Islam Moro, Tuan Al Haj Murad Ebrahim (Filipina), Dosen, National University of Singapore, Prof. Muhammad Hussin bin Muthalib (Singapura) dan Anggota Parlemen Kamboja, Tuan Haji Zakaryya Adam.

Mereka diperkirakan membentangkan kertas kerja masing-masing terkait pembangunan Islam, sosio-ekonomi masyarakat dan sebagainya untuk bersama para peserta.










Ucaptama seminar ini dimulai oleh Dosen terkemuka dari Universitas Islam Internasional (UIA), Y.Bhg. Profesor Dato 'Dr. Sidek bin Baba malam tadi yang antara lainnya menekankan pentingnya umat Islam sama-sama mencari titik temu dalam upaya untuk memantapkan persatuan bangsa."Jika benar pendekatan wasatiyyah ini pernah menjadi model keunggulan pemerintah regional pada suatu saat, maka, ada kebutuhan untuk kita kembali kepada semangat dan roh wasatiyyah dalam kita menghadapi tantangan masa depan," demikian ucapan Perdana Menteri, Dato 'Seri Najib Tun Razak sempena pembukaan Seminar Nusantara: Islam di Asia Tenggara, Tantangan dan Harapan di PWTC siang hari.

Ucapan PM yang dibacakan oleh Menteri Di Departemen Perdana Menteri, Datuk Seri Jamil Khir itu juga menekankan pentingnya, "Islamisasi bukan hanya sekedar pada rupa paras, namun juga harus meliputi dasar dan fundamental kemasyarakatan yang lebih besar. Termasuk soal pembangunan ekonomi, pemeliharaan bermanfaat syariah, kewibawaan politik, kerjasama regional yang lebih bersungguh dan istiqamah".

Sebelum pembukaan tersebut, Wakil Rektor, Universitas Yala, Y.Bhg Dr. Ahmad Omar Chapakia ketika memulai sesi pagi hari kedua seminar telah menyarankan agar Indonesia berperan lebih aktif untuk membantu menyelesaikan konflik berdarah di Wilayah Selatan Thailand.

"Kita berharap Malayisa dan Indonesia dapat menjadi mediator atau perantara untuk mengadakan dialog antara pemerintah Thailand dan pihak perjuang kemerdekaan," katanya ketika membentangkan kertas kerjanya berjudul, "Islam Di Indochina: Perjuangan Masyarakat Melayu Di Selatan Thailand."

Ketua Barisan Pembebasan Islam Moro (MILF), Y.Bhg. Tuan Al-Haj Murad Ebrahim ketika melanjutkan sesi kedua mengharapkan para pengungsi dan pendatang dari kalangan Bangsamoro terutama di Sabah akan kembali ke Mindanao.

Sedangkan saat sesi sore, Y.Bhg. Profesor Datuk Dr. Zainal Bin Kling dari Universitas Malaya membawa para peserta menghayati "Sejarah Perkembangan & Kontribusi Islam Di Nusantara."Sesi malam pula, YBhg. Tuan Mohiyuddin B. Mohd Sulaiman dari UiTM yang merupakan peneliti Islam di Myanmar mencuit perhatian peserta dengan presentasi yang bersahaja tapi berisi untuk judul "Islam Di Indocina: Tantangan & Harapan Muslim Di Myanmar."

Dan sesi paling hangat adalah ketika pembentang dari National University of Singapore, Y.Bhg. Profesor Dr. Hussin B. Mutalib membahas judul "Islam Di Kepulauan: Muslim Singapura Di Arus Kemajuan & Pemodernan."Direktur, Institut wasatiyyah Malaysia, Tuan Haji Mohd Yusof Din yang juga merupakan Direktur Seminar Nusantara ketika ditemui mengatakan program yang diadakan ini antara lainnya bertujuan untuk mewujudkan kesepahaman Islam antara negara-negara sekitarnya.

Salah seorang peserta dari Indonesia, Saifuddin Abdullah ketika ditemui mengatakan program yang diselenggarakan ini adalah merupakan usaha yang sangat baik dalam menyatukan permasalahan umat Islam yang ada, "Alhamdulillah, saya kira ia sangat bagus dan sangat baik karena mencoba untuk menyatukan bangsa melayu sekaligus mencari solusi dari berbagai permasalahan di nusantara.

"Saya kira ia merupakan itu sebuah gagasan yang sangat 'brilian' karena seperti yang saya katakan memang sampai sekarang kita tidak bisa menyatu" katanya.

Beliau juga mengharapkan di akhir seminar nanti, satu gagasan dapat diakses untuk kepentingan semua umat Islam di nusantara dalam mendepani masalah yang sedang dihadapi.
  
Sumber dari: www.mykmu.net.

1 komentar:

  1. Wakil Rektor Universitas Islam Yala, Thailand, Dr. Ahmad Omar Chapakia mengatakan, pemerintah Thailand memilih dialog sebagai jalan solusi konflik di PATANI Selatan Thailand dan Malaysia dilihat bisa menjadi perantara dalam usaha tersebut.

    Sebelum ini, tidak pernah bertahan atas dialog antara kedua pihak menyebabkan persengketaan terus terjadi. Kondisi itu merugikan Thailand dan kawasan ASEAN jika isu di wilayah tersebut terus berkepanjangan.

    Sehubungan itu, Ahmad Omar berharap dialog ini akan dapat diadakan tahun ini dengan Malaysia memainkan peranannya sebagai mediator, "katanya kepada wartawan.

    Beliau berkata demikian setelah membentangkan kertas kerja bertajuk?? Islam di Indochina: Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand?? dalam Seminar Nusantara, Islam di Asia Tenggara: Tantangan dan Harapan di Pusat Dagangan Dunia Putra (PWTC).

    BalasHapus