Direktur Institut wasatiyyah,
Tuan Haji Mohd Yusof Din, mengatakan seminar untuk melahirkan kesepakatan agar
mampu berperan dengan sebaik mungkin di negara masing-masing.
Prof Dr Haji Ali Mustafa
Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal Indonesia berkata seminar sangat penting
karena dapat digunakan dalam membangun pembangunan negara umat Islam di
kalangan para peserta.
Asosiasi Generasi Bestari (Bestari) dengan kerjasama MyKMU.net menyelenggarakan Seminar Nusantara yang bakal mengumpulkan tokoh dan ilmuwan serta pemimpin masyarakat Islam dari negara-negara Asia Tenggara. Ia antara lain bertujuan untuk membentuk kesatuan pemikiran melalui pendekatan bersederhana (wasatiyyah) di kalangan masyarakat Islam.
Seminar yang bertemakan 'Islam di Asia Tenggara: Tantangan dan Harapan "itu diresmikan oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Abdul Razak. Sebanyak 1200 orang dari berbagai masyarakat menghadiri seminar tersebut yang diselenggarakan di Pusat Dagangan Dunia Putra selama 3 hari dimulai pada 18-20 Januari.
Direktur Institut wasatiyyah, Tuan Haji Mohd Yusof Din, melalui pernyataannya mengatakan seminar tersebut diadakan untuk mengumpulkan tokoh ilmuan dan pemimpin masyarakat Islam dari negara-negara Asia Tenggara. Juga untuk melahirkan kesepakatan agar mampu berperan dengan sebaik mungkin di negara masing-masing.
Salah seorang pembicara Prof Dr Haji Ali Mustafa Yaqub yang juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal, Indonesia berkata seminar yang diadakan ini penting karena selain bertukar pandangan juga dapat digunakan dalam membangun pembangunan negara umat Islam di kalangan para peserta.
Beliau yang juga merupakan pakar hadits akan membentangkan satu kerja yang berjudul "Islam di Kepulauan: Pemurnian Pemikiran dan Pembangunan Umat Islam Indonesia"
Selain tokoh ilmuwan lokal, pihak penyelenggara juga mengundang Wakil Rektor, Universitas Islam Yala, Dr. Ahmad Omar Chapakia (Patani, Selatan Thai), Ketua, Barisan Pembebasan Islam Moro, Tuan Al Haj Murad Ebrahim (Filipina), Dosen, National University of Singapore, Prof. Muhammad Hussin bin Muthalib (Singapura) dan Anggota Parlemen Kamboja, Tuan Haji Zakaryya Adam.
Mereka diperkirakan membentangkan kertas kerja masing-masing terkait pembangunan Islam, sosio-ekonomi masyarakat dan sebagainya untuk bersama para peserta.
Ucaptama seminar ini dimulai oleh Dosen terkemuka dari Universitas Islam Internasional (UIA), Y.Bhg. Profesor Dato 'Dr. Sidek
bin Baba malam tadi yang antara lainnya menekankan pentingnya umat
Islam sama-sama mencari titik temu dalam upaya untuk memantapkan
persatuan bangsa."Jika
benar pendekatan wasatiyyah ini pernah menjadi model keunggulan
pemerintah regional pada suatu saat, maka, ada kebutuhan untuk kita
kembali kepada semangat dan roh wasatiyyah dalam kita menghadapi
tantangan masa depan," demikian ucapan Perdana Menteri, Dato 'Seri Najib
Tun Razak sempena pembukaan Seminar Nusantara: Islam di Asia Tenggara, Tantangan dan Harapan di PWTC siang hari.
Ucapan
PM yang dibacakan oleh Menteri Di Departemen Perdana Menteri, Datuk
Seri Jamil Khir itu juga menekankan pentingnya, "Islamisasi bukan hanya
sekedar pada rupa paras, namun juga harus meliputi dasar dan fundamental
kemasyarakatan yang lebih besar. Termasuk
soal pembangunan ekonomi, pemeliharaan bermanfaat syariah, kewibawaan
politik, kerjasama regional yang lebih bersungguh dan istiqamah".
Sebelum pembukaan tersebut, Wakil Rektor, Universitas Yala, Y.Bhg Dr. Ahmad
Omar Chapakia ketika memulai sesi pagi hari kedua seminar telah
menyarankan agar Indonesia berperan lebih aktif untuk membantu
menyelesaikan konflik berdarah di Wilayah Selatan Thailand.
"Kita
berharap Malayisa dan Indonesia dapat menjadi mediator atau perantara untuk
mengadakan dialog antara pemerintah Thailand dan pihak perjuang
kemerdekaan," katanya ketika membentangkan kertas kerjanya berjudul,
"Islam Di Indochina: Perjuangan Masyarakat Melayu Di Selatan Thailand."
Ketua Barisan Pembebasan Islam Moro (MILF), Y.Bhg. Tuan
Al-Haj Murad Ebrahim ketika melanjutkan sesi kedua mengharapkan para
pengungsi dan pendatang dari kalangan Bangsamoro terutama di Sabah akan
kembali ke Mindanao.
Sedangkan saat sesi sore, Y.Bhg. Profesor Datuk Dr. Zainal
Bin Kling dari Universitas Malaya membawa para peserta menghayati
"Sejarah Perkembangan & Kontribusi Islam Di Nusantara."Sesi malam pula, YBhg. Tuan Mohiyuddin B. Mohd
Sulaiman dari UiTM yang merupakan peneliti Islam di Myanmar mencuit
perhatian peserta dengan presentasi yang bersahaja tapi berisi untuk
judul "Islam Di Indocina: Tantangan & Harapan Muslim Di Myanmar."
Dan sesi paling hangat adalah ketika pembentang dari National University of Singapore, Y.Bhg. Profesor Dr. Hussin B. Mutalib membahas judul "Islam Di Kepulauan: Muslim Singapura Di Arus Kemajuan & Pemodernan."Direktur,
Institut wasatiyyah Malaysia, Tuan Haji Mohd Yusof Din yang juga
merupakan Direktur Seminar Nusantara ketika ditemui mengatakan program
yang diadakan ini antara lainnya bertujuan untuk mewujudkan kesepahaman
Islam antara negara-negara sekitarnya.
Salah
seorang peserta dari Indonesia, Saifuddin Abdullah ketika ditemui
mengatakan program yang diselenggarakan ini adalah merupakan usaha yang
sangat baik dalam menyatukan permasalahan umat Islam yang ada, "Alhamdulillah,
saya kira ia sangat bagus dan sangat baik karena mencoba untuk
menyatukan bangsa melayu sekaligus mencari solusi dari berbagai
permasalahan di nusantara.
"Saya
kira ia merupakan itu sebuah gagasan yang sangat 'brilian' karena
seperti yang saya katakan memang sampai sekarang kita tidak bisa
menyatu" katanya.
Beliau
juga mengharapkan di akhir seminar nanti, satu gagasan dapat diakses
untuk kepentingan semua umat Islam di nusantara dalam mendepani masalah
yang sedang dihadapi.
Sumber dari: www.mykmu.net.