“…Untuk apa kita menyeberang pada budaya orang lain. Jika ada ladang yang terlantar, mengapa kita harus mengerjakan ladang orang lain”
Suatu
seni budaya Melayu Patani dapat kita bertahan dan berkembang maka warisan seni
budaya dapat dipelihara dan dihayati dari generasi kegenerasi berikutnya.
Kenyataan
itu seyogianya tidak dibiarkan begitu saja. Jika kita biarkan, itu
berarti kita
rela mengikis kekayaan budaya kita satu demi satu, sehingga akhirnya
kita tidak
punya budaya lagi sebagai jati diri. Buat sementara, kita mungkin
kelihatan
maju oleh budaya (Siam -Thailand)
yang bersifat materialistis, individualistis dan hedonis itu. Tapi,
sesungguhnya budaya itu tak punya makna. Sementara kita hidup bukan
hanya
sebatas mencari benda dan memuaskan nafsu, tetapi lebih-lebih mencari
makna
kehidupan.
Jika
seni budaya seperti sastra lisan Melayu tidak lagi dikenal dan terlepas
dari medan budaya generasi muda, maka
besar kemungkinan seni
budaya itu akan terputus dari sejarahnya, lalu tenggelam dalam
perjalanan puak
atau suku bangsa (Siam -Thailand)
tersebut. Inilah yang menyebabkan punahnya beberapa jenis budaya
tradisional jati
Melayu Patani. Menimbang jalan sejarah yang demikian, maka sastra lisan
Melayu Patani
juga dapat mengalami nasib serupa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar