Sejak tercetus 'Konflik Patani' di Selatan pada
2004, 11.000 kekerasan telah terjadi, korban tewas 5.000 orang, dan jumlah yang
telah korban luka 8.000 orang.
Pendekatan Undang-undang Darurat terus berlaku di bahgian provinsi Selatan Thailland. Kekebalan tentera masih berleluasa.
Pendekatan Undang-undang Darurat terus berlaku di bahgian provinsi Selatan Thailland. Kekebalan tentera masih berleluasa.
Kerusuhan etnis Melayu Patani bukan lagi
angka-angka tentang berapa jumlah manusia yang tewas, kini berkembang menjadi “bakar, bunuh etnis Melayu.” Sampai disini adalah cukup
beralasan bila disebut ini sebagai ‘moslem cleansing’.
Melacak Penembakan Tentera Kerajaan Thailand di Patani, Selatan Thailand: SIAPA BERSALAH??
Melacak Penembakan Tentera Kerajaan Thailand di Patani, Selatan Thailand: SIAPA BERSALAH??
Pandangan dan tanggapan oleh:
- Mufi MasinSemoga PATANI aman dan damai, Mufi dari Sumatera
- Reza Purwanti: Teruskan perjuangan, hny ada 2 pilihan hidup mulia or syahid...Allahu Akbar!!!
Berita simpang-siur mulai mengalir dari medan konflik
di Patani, Selatan Thailand ini.
Suatu hal yang memang tak terhindarkan. Setidaknya lebih dari 2.500 tahun yang
lampau pun, seorang cendekia Yunani bernama Aeschylus telah menyatakan,
"Dalam perang, korban pertamanya adalah kebenaran."
Informasi perang, harus diakui, memang sulit
jernih. Termasuk berita penembakan empat orang Desa Pulut Puyo, Daerah
Nongcik Wilayah Patani dua pekan lalu. Pada awalnya penduduk desa yang
melaporkan terjadinya pembantaian warga sipil oleh Tentera. Seorang mangsa didalam
kejadian ini yang mengaku menyaksikan peristiwa tersebut. Korbannya adalah sanak saudara laki-laki Muslim yang
kembali dari pemakaman dengan sebuah truk. Pasukan angkatan darat melihat truk
pickup dan memintanya agar berhenti. Sehingga mereka menghantam truk itu dengan
tembakan, menewaskan empat orang dan melukai lima orang lainnya. Lansia berusia
70 tahun dan remaja 18 tahun tewas, sementara lima orang serta anak-anak
terluka diantaranya berusia 14, 15 dan 19 tahun, dan seorang lansia 76 tahun.
Satu
senjata ditemukan di dalam truk, kata Polis. Namun mangsa di tempat kejadian
mengatakan bahwa senjata tersebut bukan milik siapa pun di dalam truk itu dan warga setempat mengatakan bahwa korban
yang tewas tidak punya kaitan dengan kelompok pemberontak dan merupakan
penduduk sipil biasa.
Pihak tentera menuduh bahwa mangsa yang tewas adalah anggota gerilya Patani.
Bila keterangan Tentera Kerajaan Thailand benar, penewasan itu
secara hukum dapat dibenarkan. Sebaliknya, bila kesaksian yang ditulis mengikut
keterangan oleh penduduk desa itu yang akurat, penembakan ini adalah tindak
pidana pembunuhan dan pelakunya harus diadili untuk mendapatkan hukuman sesuai
dengan undang-undang.
Mana yang benar? Penelusuran tentang peristiwa
itu tidak berujung pada kesimpulan versi mana yang betul, melainkan justru
mempertanyakan kesahihan informasi keduanya. Keterangan Tentera Kerajaan Thailand, misalnya, patut
dipertanyakan karena ditemukan senjata pada para korban yang tewas. Sebaliknya,
pemberitaan berdasarkan tenetra kerajaan perlu dikaji lebih dalam. Selain
karena terdapat beberapa ketidak-konsistenan yang mengganggu di antara
keterangan mereka, juga kuat dugaan bahwa tentera kerajaan ini umumnya berwewenang
di bawah kekuasaan Undang undang Daruart Militer, atau setidaknya diperkirakan
tak suka dengan penduduk
desa yang puratanya warga Melayu di Selatan negeri gajah putih ini.
Operasi militer antigerilya di bawah Undang Undang Darurat di daerah yang
diduga bersimpati dengan pihak lawan seperti di Selatan Thai-Siam ini adalah
kegiatan yang sulit. Pada intinya, masyarakat etnis Melayu sadar tak mungkin
menghadapi Undang-undang Darurat itu dengan pendekatan secara militer murni
karena kekuatan persenjataan dan bala tentara sangat tidak imbang. Walhasil,
strategi yang dipilih Tentera Kerajaan Thailand selalu melakukan
pembantaian terhadap rakyat Melayu Muslim di tiga provinsi Selatan ini, lalu
pelanggaran hak asasi manusia itu sebagai bukti kegiatan genosida oleh Tentera Kerajaan Thailand.
Hal ini perlu dilakukan agar Tentera Kerajaan Thailand tak mengulang pengalaman pahit tentara AS dalam melakukan operasi militer antigerilya. Karena aturan pelibatan tak dipahami sepenuhnya dan tak dijalankan secara konsisten di lapangan, satu kompi tentara Amerika membantai hampir 500 penduduk tak bersenjata di Desa My Lai, Vietnam Selatan, pada suatu pagi 16 Maret 1968. Kompi yang sedang dipenuhi dendam kesumat karena beberapa anggotanya gugur dan terluka akibat kegiatan Vietcong dua hari sebelumnya itu mendapat perintah tak terlalu jelas tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan di kawasan yang, menurut laporan intelijen mereka, merupakan sarang tentara lawan. Akibatnya, mereka menjadi liar, melakukan pembunuhan terhadap wanita, orang tua, bahkan bayi-bayi, kendati tak pernah ada perlawanan seperti diperkirakan sebelumnya.Kejadian ini merupakan aib besar bagi bangsa Amerika Serikat. Terutama setelah proses investigasi pemerintah dan jalannya pengadilan menunjukkan betapa tak memadainya sistem dan prosedur dalam militer AS untuk mencegah kegiatan biadab seperti di My Lai. Juga rendahnya semangat dan disiplin pasukan akibat proses seleksi yang berantakan.Dengan pertimbangan itu, pada 1971, pengadilan militer AS hanya menjatuhkan sanksi pidana kepada satu perwira saja. Letnan Satu William Calley yang terbukti sedikitnya membunuh 22 penduduk sipil, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun Presiden Nixon mengampuninya pada 1974.Vonis pengadilan itu tentu mengecewakan kerabat para korban. Namun, dampak paling besar adalah perubahan sikap warga AS mengenai perang di kawasan Indocina. Dua pekan setelah vonis pada Letnan Calley dijatuhkan, jajak pendapat menunjukkan-untuk pertama kalinya-hilangnya dukungan majoriti rakyat Amerika terhadap Perang Vietnam.
5 Serangan Aparat Tentera, 4 Muslim Meniggal 21 Cedara
Empat
warga Muslim Melayu ditembak mati oleh kelompok gelap di sebuah kedai kopi di
Thailand selatan, yang dilanda aksi kerusuhan selama tujuh tahun pada hari
Selasa 03 Mei 2011.
Lima
penyerang yang mengenakan pakaian yang sama dengan pasukan pemerintah tiba
dengan menggunakan sebuah mobil pick up dan menembaki orang-orang yang sedang
duduk di kedai kopi di pinggir jalan raya distrik Bannang Sta, provinsi Yala,
Selasa petang.
Menurut
laporan dari polis, serangan ini berlaku pada lima tempat yang berlainan tempat
di sekitar desa kabupaten Banang Sta.
Para
korban termasuk seorang gadis berusia 16 tahun dan seorang anak laki-laki
berusia 14 tahun.Tiga belas orang lainnya cedera, delapan dari mereka berada
dalam kritis.
Pada
tanggal 05 Mei, setelah dua hari kejadian yang mengerikan, ada selebaran kertas
dari catakan computer ukuran A4. Lembaran kertas menyebarkan di kawasan daerah Bannang
Sta Provinsi Yala di beberapa tempat Pejabat kepolisian, Hospital, warung dan
beberapa di daerah tempat kajadian itu dalam tulisan teks yang berbahasa thai
mengatakan:
“Celaka!
atas Pengawai tentera yang menembaki orang-orang yang sedang duduk di kedai
kopi tanpa pandang bulu menyebabkan emapat orang tewas dan melukai 21 orang
tercedera..”.
Esok
hari pada tanggal 06 Mei, di Pejabat Kepolisian kabupaten Bannang Sata Provinsi
Yala, Wichan Sichan-in selaku Ketua RT Kabupaten Thanto membawa Theerapol
Phandam (22) bekas Ranger, yang menjadi tersangka penembakan di warung desa
yang menyebabkan empat orang tewas dan melukai 13 orang pada tanggal 3 Mei
lalu.
Kolonel
Polis Su Watt Pongpaiboon mengatakan Teerapol Phandam adalah tersangka dalam
kasus penembakan terhadap mangsa di warung tersebut, dan akan meberi proses
hukum yang adil, Kata Kolonel lanjut.
Setelah
kajadian penembak yang mengerikan secara acak membuat penduduk desa di daerah
itu takut dan beberapa toko tempatan tertutup. Bahkan di masjid desa yang di
penuhi jumah solat setiap hari, tapi setelah kejadian itu penduduk desa tidak
berani untuk pergi Solat jumah ke masjid.
Kini, di Kerajaan Thailand, upaya Perdana
Menteri Yingluck mempertahankan keutuhan wilayah bahgian Selatan yang sedang
didukung oleh Parlimen. Namun, bukan berarti tak perlu belajar dari pengalaman pahit My
Lai. Pendekatan dengan Undang-undang Daruarat yang menjadi daerah Operasi Militer
keji di Patani, Selatan Thailand perlu diawasi dan dikendalikan agar tak melanggar
menjadi “Jenayah Perang”. Maka, pers yang patriotik harus berani menjalankan
peran ini termasuk melaporkan apa yang terjadi di Desa-desa bahgian selatan
nageri Gajah Putih yang berisiko benturan dengan para Tentera kerjaan rezim
Thailand Budha dan etnis Melayu di Selatan.
Terima kasih pada Hasril Ahmad, Osman M'Ghozalee Alfathoni, Iwan Setia Laksana, Hana Fee, Hafidzy Mohd, Reza Purwanti, Menang Atau Syahid Adwa', Heidzir Jamaraji, Senior Web Developer di Southeast Asian Centre for e-Media menyukai ini serta ikut turun menyampaikah jempol manis mu.
Dalam hal lain saya berterima kasih sama Mufi
Masin, Reza
Purwanti, yang sudi mengungkapkan pandangan dan tanggapan fenomena ini.
Rupanya, Mufi Masinmasih berkuat dalam
pemikiran mengenai nasib bangsa Melayu Patani dangan mengukap sebuah nada yang sangat
murni dangan sebuah kata: Semoga PATANI aman dan damai. Juga sang
Ibu Kartini Reza Purwanti,
terus mengalir darah "sampai titik darah penghabisan" dengan penuh semagat yang revolusioner,
nasionalis dan Islamis dangan penuh suara yang lantang dengan kata-kata: Teruskan perjuangan, hny ada 2 pilihan hidup mulia or
syahid...Allahu Akbar!!!. Terima kasih pada Mufi Masin, dan banyak terima
kasih Ibu Kartini Reza Purwanti.
Semuga addin wa daulah Kami Bangsa Melayu Patani adalah penyambung demi memperjuangkan
Addin wa Daulah hak kebebasan, hak kemerdekaan bangsa yang seteurusnya...''
Pada akhirnya, setiap kelalaian yang menimbulkan korban tak berdosa seperti ini haruslah diusut tuntas sesuai dengan prosedur hukum yang transparan. Dari proses hukum ini tentera kerajaan Thailand akan banyak belajar bagaimana meningkatkan profesional dan menegakkan citra sebagai pengayom masyarakat, bukan pembunuh masyarakat..!!
Pada akhirnya, setiap kelalaian yang menimbulkan korban tak berdosa seperti ini haruslah diusut tuntas sesuai dengan prosedur hukum yang transparan. Dari proses hukum ini tentera kerajaan Thailand akan banyak belajar bagaimana meningkatkan profesional dan menegakkan citra sebagai pengayom masyarakat, bukan pembunuh masyarakat..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar