Permasalahan isu kekerasan di
Selatan Thailand dirumitkan lagi dengan tindakan pasukan pemerintah yang
meninggalkan begitu saja 1.000 muslimah setelah menjalin intim atau
menikah dengan mereka.
Ketua Komite Keadilan dan Hak Asasi Manusia Wilayah Selatan Thailand, Chaiyong Maneerungsakul, mengatakan wanita Melayu Muslim menjadi korban sosial. Mereka menjadi korban kekerasan lokal apabila menjalin hubungan dengan tentara Buddha yang dikirim bertugas di kawasan itu.
Ada tentara jatuh cinta dengan wanita tersebut dan menikahi mereka tetapi saat kembali ke rumah mereka atau pindah tugas di wilayah lain, wanita etnis Melayu tersebut tidak dapat mengatasi masalah adat istiadat tempat lain dan pulang kembali ke rumahnya di wilayah Selatan.
Oleh sebab itu, tentara yang dikirim ke Selatan juga menjadi penyebab ke banyak masalah sosial di wilayah itu, kata Chaiyong yang dikutip koran Bangkok Post, Selasa (6/3).
Isu ini terungkap menyusul kasus rekaman menunjukkan seorang gadis berusia 16 tahun dilecehkan oleh tentara pemerintah.
Laporan menyatakan, pada 22 Januari lalu, seorang prajurit Buddha bernama Winai bertemu dengan korban, menggoda korban lalu membawanya ke suatu tempat terpencil di sebuah rumah sakit dekat pos kontrol militer.
Lalu terjadilah pemerkosaan yang direkam seorang lagi tentara pemerintah bernama Yot.
Meskipun remaja itu jelas mencoba menyembunyikan mukanya dari kamera. Prebet Winai tersenyum dan tertawa sementara Prebet Yot memberi semangat kepada rekannya.
Setelah itu, Yot mengirim vidio tersebut kepada teman-temannya yang akhirnya sampai diterima rekan korban. Vidio tersebut disampaikan ke orang tua korban yang kemudian mengadu ke pihak berwenang.
Peritiwa ini sangat memalukan keluarga mangsa tersebut. Keluarga mangsa menuntut pada pihak yang bertanggung jawab supaya dapat megadili secara adil.
Ketua Komite Keadilan dan Hak Asasi Manusia Wilayah Selatan Thailand, Chaiyong Maneerungsakul, mengatakan wanita Melayu Muslim menjadi korban sosial. Mereka menjadi korban kekerasan lokal apabila menjalin hubungan dengan tentara Buddha yang dikirim bertugas di kawasan itu.
Ada tentara jatuh cinta dengan wanita tersebut dan menikahi mereka tetapi saat kembali ke rumah mereka atau pindah tugas di wilayah lain, wanita etnis Melayu tersebut tidak dapat mengatasi masalah adat istiadat tempat lain dan pulang kembali ke rumahnya di wilayah Selatan.
Oleh sebab itu, tentara yang dikirim ke Selatan juga menjadi penyebab ke banyak masalah sosial di wilayah itu, kata Chaiyong yang dikutip koran Bangkok Post, Selasa (6/3).
Isu ini terungkap menyusul kasus rekaman menunjukkan seorang gadis berusia 16 tahun dilecehkan oleh tentara pemerintah.
Laporan menyatakan, pada 22 Januari lalu, seorang prajurit Buddha bernama Winai bertemu dengan korban, menggoda korban lalu membawanya ke suatu tempat terpencil di sebuah rumah sakit dekat pos kontrol militer.
Lalu terjadilah pemerkosaan yang direkam seorang lagi tentara pemerintah bernama Yot.
Meskipun remaja itu jelas mencoba menyembunyikan mukanya dari kamera. Prebet Winai tersenyum dan tertawa sementara Prebet Yot memberi semangat kepada rekannya.
Setelah itu, Yot mengirim vidio tersebut kepada teman-temannya yang akhirnya sampai diterima rekan korban. Vidio tersebut disampaikan ke orang tua korban yang kemudian mengadu ke pihak berwenang.
Peritiwa ini sangat memalukan keluarga mangsa tersebut. Keluarga mangsa menuntut pada pihak yang bertanggung jawab supaya dapat megadili secara adil.
Sumber dari: Cyber Sabili
Tidak ada komentar:
Posting Komentar