Suatu Perang psikologi dalam upaya memenangkan suatu
peperangan, dalam dunia global. Kita perlu tahu bagaimana peran psikologi cukup
berpengaruh dalam melakukan rekayasa untuk melemah masyarakat dalam suatu
peperangan.
Secara umum tujuan perang psikologi berusaha
untuk melemahkan moral spirit anggota suatu masyarakat, dan mempengaruhi
taraf keutuhannya. Ia juga menumbuhkan rasa gentar, ngeri, dan takut,
serta mengangkat keinginan pihak yang bersangkutan. perang ini juga untuk
memasukkan pengaruh aliran dan corak pemikiran, serta memaksa orang Melayu Patani
menerima realita yang dipaksakan.
Mungkin bisa menilai bahwa perang psikologi oleh pihak
kerajaan kolonial Thailand terhadap masyarakat Melayu Patani dengan menggunakan semua sarana
dan prosedur propaganda atau non propaganda yang dilakukannya guna mempengaruhi
moral masyrakat orang Melayu di provinsi – provinsi di Selatan. Hal itu
tercermin dalam mempengaruhi keinginan, aliran, keyakinan, perasaan, dan pola
pikir serta corak perilakunya.
Sasaran-Sasaran Perang Psikologi
Perang psikologis pihak
kerajaan kolonial Thailand digunakan untuk mencapai beberapa keuntungan dan tujuan
dengan cara merealisasikan sasaran-sasaran berikut :
- Mendapatkan dukungan international dengan cara membuat opini international atau menyesatkan keatas orang Melayu Patani dengan keabsahan suatu masalah.
- Menanamkan benih-benih kehancuran dan perpecahan dalam kesatuan bangsa Melayu Patani, melalui cara menanamkan orang Melayu sebagai alat untuk menentang perjuangan pro-kemerdeaan.
- Menanamkan benih-benih keraguan dalam masyarakat orang Melayu Patani, dengan cara membuat keraguan pada akidah dan nilai-nilai agama dengan pendekatan brain wash.
- Menanamkan keraguan terhadap prinsip-prinsip Nasionalisme dan Sejarah.
- Menanamkan keraguan terhadap potensi masyarakat untuk mencapai kemenangan.
- Menanamkan keraguan terhadap kemampuan pemimpin-peminpin pejuang
Konspirasi dan Rekayasa Kolonial
Salah satu teknik
perang psikologi kolonial Thailand
dengan pendekatan rekayasa konflik dan merangkai konspirasi dengan cara
memanipulasi peristiwa-peristiwa penembakan atau pembunuhan kemudian
membesar-besarkannya agar terjadi konflik kepentingan untuk mempengaruhi
psikologi dan mental rakyat Melayu Patani. Walaupun penembakan dan
pembunuhan keatas etnis Melayu Muslim disebaliknya itu Squad kematian bentukan
pemerintah Thailand diduga berada dibalik pembunuhan dan penyerangan secara
diam-diam terhadap umat Muslim di provinsi perbatasan selatan. Tetapi, pemerintah Thailand tetap menuduh
bahwa pelaku pembunuhan itu adalah pejuang kemerdekaan Patani.
Kerajaan kolonial Thailand juga melakukan rekayasa konflik, untuk memenangkan peperangannya. Karena zona-zona keamanannya mencakup suatu persatuan yang disebut persatuan penyulut konflik. Kerajaan Thailand memanipulasi rekayasa konflik dan membesar-besarkan peristiwa dengan memakai alasan yang lemah dan merealisasikan tujuan–tujuan strategisnya. Sudah teramat banyak bukti-bukti yang menguatkan hal tersebut.
Kerajaan kolonial Thailand juga melakukan rekayasa konflik, untuk memenangkan peperangannya. Karena zona-zona keamanannya mencakup suatu persatuan yang disebut persatuan penyulut konflik. Kerajaan Thailand memanipulasi rekayasa konflik dan membesar-besarkan peristiwa dengan memakai alasan yang lemah dan merealisasikan tujuan–tujuan strategisnya. Sudah teramat banyak bukti-bukti yang menguatkan hal tersebut.
Kerajaan Thailand juga membangun program “Santisuk” dalam pendekatan pembangunan sebesar 300 juta
dolar AS ditambah 400 juta dolar AS untuk memberikan kredit mikro bagi
masyarakat Melayu untuk mengembangkan sarana pendidikan dan komunikasi.
Kerajaan juga memberikan peluang dan kesempatan kerja penduduk di wilayah
propinsi selatan dan memberi kesempatan bagi penduduk untuk ambil bagian dalam
pengelolaan SDA sebagai tawaran manis buat seketika.
Dalam kebijakan Militer, kerajaan Thailand mengeluarkan surat perintah penangkapan
yang dituduh mendalangi serangan di Thailand Selatan walaupun mangsa hanya sebagai 'Kambing Hitam'. Kerajaan Thailand juga menyebar tentara dan
polis bersenjata berat di wilayah rawan bahgian Selatan.