Gerilyawan Pembebasan Patani di bagian selatan Thailand membunuh delapan tentara dalam serangan bom pinggir jalan Sabtu (29/06), beberapa hari setelah pemerintah menolak tuntutan bagi gencatan senjata untuk menghormati bulan suci Ramadhan yang mulai bulan depan.
Provinsi Yala, Pattani dan Narathiwatdi di bagian selatan negeri itu berpenduduk majoritay etnis Melayu. Banyak gerilyawan dari wilayah itu menentang kekuasaan pemerintah pusat selama beberapa dekade dan kekerasan kembali merebak pada tahun 2004.
Seperti dilansir Reuter, Sabtu (29/6/2013) bom seberat 60 kg itu meledak ketika tentara dengan satu truk militer melintasi jalan satu desa Beho, Krongpinang di provinsi Yala, kata polis. Dua orang tentara lagi menderita cedera dan dua penduduk desa yang mengendarai sepeda motor di belakang truk itu juga luka-luka ringan, kata polis.
Pembicaraan perdamaian dengan gerilyawan Pembebasan Patani awal tahun ini tak berhasil menghentikan kekerasan di kawasan selatan tempat lebih 5.300 orang meninggal sejak Januari 2004.
Pekan ini Barisan Revolusi Nasional (BRN), salah satu kelompok gerilyawan yang beroperasi di bagian Selatan Thailand dan peserta dalam pembicaraan tersebut, mengusulkan gencatan senjata selama Ramadhan, yang mulai pada sekitar 10 Juli.
Mereka juga menuntut pembebasan semua tahanan di Selatan dan diterimanya Malaysia sebagai mediator. Pemerintah menolak tuntutan tersebut.
Tiga provinsi yang didominasi warga etnis Melayu merupakan bagian dari kesultanan Melayu Patani hingga dicaplok oleh kolonial Siam-Thailand pada 1909
Sebelum ini, sebuah bom menghantam truk rombongan militer kolonial Thailand yang melukai tiga prajurit, pada Ahad (23/06/) pagi, pada Provinsi yang sama.
Lima kilogram bom menghancurkan truk pick-up yang membawa prajurit paramiliter itu. Tiga petugas lainnya terluka.
Bom itu ditempatkan dalam alat pemadam kebakaran kecil dan diledakkan dengan remote control. Alat pemadam kebakaran berisi bom itu disembunyikan di satu tiang listrik di jalur lalu lintas pulau di ibu kota Provinsi Yala.