"Setiap kali seorang anak terbunuh atau terluka, setiap kali itu pula seorang anak kehilangan orang tua atau saudaranya, dan setiap kali sekolah atau guru (ustaz) mereka diserang, maka anak-anak pun semakin menderita"
Bijaya Rajbhandari, pejabat pada Bantuan Dana PBB untuk Anak-Anak
(United Nations Children's Fund / UNICEF) di Thailand Rabu (12/12)
mendesak pemerintah Thailand untuk segera menghentikan kekerasan
terhadap anak-anak di provinsi Thailand Selatan.
Desakan muncul sehubungan tewasnya lima orang dalam serangan minggu ini, salah satunya adalah bayi berusia 11 bulan.
"Setiap kali seorang anak terbunuh atau terluka, setiap kali itu
pula seorang anak kehilangan orang tua atau saudaranya, dan setiap kali
sekolah atau guru (ustaz) mereka diserang, maka anak-anak pun semakin
menderita," katanya, seperti dipantau Kantor Berita Islam Mi’raj News
Agency (MINA).
"Mengakhiri kekerasan adalah satu-satunya cara
untuk memastikan hak semua anak di Selatan Thailand , dan hak anak harus
dilindungi dan dihormati," tambahnya dalam sebuah rilis berita.
Menurut UNICEF, bayi bernama Infani Samo tewas Selasa (11/12) pagi
tewas, ketika para pria bersenjata dengan senjata otomatisnya menembak
dengan membabi buta ke sebuah rumah teh di distrik Rangae, provinsi
Narathiwat.
Rajbhandari menggambarkan pembunuhan itu sebagai
tindakan tragis, tidak masuk akal dan tidak bisa diterima serta
menyerukan semua pihak yang terlibat untuk menggunakan segala cara yang
mereka miliki guna mengakhiri kekerasan dan memastikan semua anak
dilindungi.
Pada akhir Oktober, seorang anak 11 tahun dibunuh
bersama dengan ayahnya ketika sejumlah pria bersenjata menembaki truk
pick up mereka di daerah Raman, propinsi Yala.
UNICEF mencatat lebih dari 50
anak tewas dan 340 lainnya luka-luka di wilayah tersebut. Totalnya,
lebih dari 5.000 orang kehilangan nyawa mereka akibat koflik etnis itu.
Jasad Infani Samo |
Sumber dari: Mi’raj News Agency (MINA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar